BACA JUGA:Yuk Ungkap Rahasia di Balik Prasasti yang Baru Terbaca, Ceritanya Bikin Merinding
Dalam tradisi Sunda, dikenal dua jenis kecapi, yaitu:
Kecapi Indung (kecapi ibu)
Berukuran lebih besar, memiliki jumlah senar lebih banyak, dan berfungsi sebagai pemimpin irama dalam pertunjukan. Kecapi indung menentukan pola melodi dasar yang akan diikuti oleh instrumen lainnya.
Kecapi Rincik (kecapi anak)
BACA JUGA:Yuk Telusuri Jejak Pasar Tradisional yang Dulu Bukan Sekadar Tempat Jual Beli
Lebih kecil dengan jumlah senar lebih sedikit. Instrumen ini berperan memperindah permainan dengan petikan yang lebih variatif dan cepat.
Sementara di Sulawesi, kecapi cenderung berbentuk lebih ramping dengan jumlah senar yang bervariasi, tergantung tradisi setempat.
Ada yang menggunakan 2 hingga 12 senar, disesuaikan dengan kebutuhan musik dan fungsi upacara.
Fungsi dalam Kehidupan Masyarakat
BACA JUGA:Sejarah Suku Gayo: Asal-Usul, Budaya, dan Peranannya dalam Identitas Aceh!
Kecapi memiliki fungsi yang beragam dalam kehidupan masyarakat Nusantara.
Di Jawa Barat, alat musik ini erat kaitannya dengan seni pertunjukan, baik sebagai pengiring lagu-lagu daerah maupun dalam acara hiburan rakyat.
Musik kecapi suling, dengan lantunan melodinya yang lembut, kerap dimainkan di radio tradisional dan menjadi identitas budaya Sunda.
Di Sulawesi Selatan, kecapi sering dimainkan untuk mengiringi elompugi atau syair tradisional yang berisi nasihat, cerita rakyat, hingga kisah kepahlawanan.
Pada masa lalu, kecapi bahkan digunakan dalam upacara adat sebagai sarana penghubung dengan leluhur. Dengan demikian, kecapi tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga media penyampai pesan moral dan spiritual.