Rumah konvensional tidak memerlukan investasi awal sebesar smart home namun memiliki risiko pemborosan energi lebih tinggi karena semua pengaturan dilakukan manual.
Lampu sering lupa dimatikan AC dibiarkan menyala seharian atau alat elektronik tidak dicabut dari stop kontak saat tidak digunakan.
Kebiasaan ini membuat tagihan listrik membengkak meski awalnya rumah tersebut hemat biaya pembangunan.
Artinya penghematan tidak hanya dilihat dari biaya awal tetapi juga efisiensi penggunaan sehari hari.
BACA JUGA:Teknologi Canggih Xiaomi: Spesifikasi Mumpuni dan USB Type-C yang Memukau
Dari sisi keamanan smart home juga menawarkan keunggulan karena bisa memantau kondisi rumah secara real time melalui kamera dan sensor gerak.
Saat pemilik rumah bepergian mereka tetap bisa mengontrol rumah melalui ponsel dari mana saja asalkan terkoneksi internet.
Fitur ini tentu memberikan ketenangan lebih yang tidak bisa diberikan oleh rumah konvensional tanpa tambahan perangkat keamanan manual.
Sayangnya semua fitur ini tetap bergantung pada kestabilan jaringan internet.
BACA JUGA:Galaxy A Series 2025: Samsung Hadirkan Smartphone Baru dengan Teknologi AI Canggih
Smart home juga mendukung gaya hidup berkelanjutan karena pengguna bisa memantau konsumsi listrik air dan energi lainnya secara detail melalui dashboard digital.
Ini memudahkan penghuni rumah untuk mengubah kebiasaan dan menjadi lebih ramah lingkungan.
Rumah konvensional sering kali tidak memiliki sistem pencatatan otomatis sehingga sulit mengukur dan mengevaluasi pola konsumsi harian.
Oleh karena itu smart home dianggap lebih cocok bagi generasi muda yang sadar lingkungan dan teknologi.
BACA JUGA:Keunggulan Seiko GPS Solar: Perpaduan Teknologi Modern dan Desain Mewah
Namun perlu dicatat tidak semua fitur smart home dibutuhkan oleh setiap orang dan efektivitasnya tergantung pada perilaku pengguna.