PAGARALAMPOS.COM - Bukit Wairinding adalah salah satu destinasi alam paling terkenal di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Terletak di wilayah Sumba Timur, bukit ini terkenal dengan hamparan sabana yang luas dan bergelombang, menghadirkan pemandangan yang memikat hati setiap pengunjung.
Keindahannya bahkan telah menarik perhatian fotografer, pembuat film, hingga wisatawan mancanegara.
Namun, di balik pesonanya, Bukit Wairinding juga memiliki jejak sejarah dan nilai budaya yang lekat dengan kehidupan masyarakat Sumba.
BACA JUGA:Kredit Korporasi Melaju, BRI Perkuat Pembiayaan untuk Dorong Pertumbuhan Usaha
Asal-Usul Nama Wairinding
Nama “Wairinding” berasal dari bahasa setempat, yang dapat diartikan sebagai “air yang mengalir di puncak” atau “mata air di ketinggian”.
Meski kini identik dengan padang sabana yang kering, kawasan ini dulunya memiliki sumber air alami yang menjadi penopang kehidupan warga sekitar.
Mata air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan menjadi tempat berkumpulnya penduduk setempat, terutama pada musim kemarau.
BACA JUGA:Realme Note 50 Terungkap di Geekbench: Android 13 dan Performa Andal Siap Menjadi Andalan
Seiring waktu, mata air di kawasan ini mulai berkurang akibat perubahan iklim dan penggunaan lahan.
Namun, nama Wairinding tetap digunakan sebagai penanda wilayah sekaligus pengingat akan masa lalu daerah ini yang lebih hijau dan subur.
Bukit Wairinding dalam Sejarah Sumba
Secara geografis, Bukit Wairinding termasuk dalam kawasan perbukitan karst yang terbentuk dari proses alam jutaan tahun lalu.
BACA JUGA: Jejak Sejarah dan Keagungan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Ikon Kota Jakarta yang Mendunia
Angin kencang, curah hujan musiman, dan kondisi tanah yang minim vegetasi besar membentuk lanskap khas sabana yang membentang sejauh mata memandang.