Aktivitas penambangan di kawasan ini telah berlangsung sejak era kolonial Belanda.
BACA JUGA:Gunung Bukit Raya: Puncak Tertinggi Kalimantan yang Sarat Makna Budaya!
Pada masa itu, pemerintah kolonial memanfaatkan kekayaan alam Ijen sebagai sumber belerang untuk keperluan industri dan militer.
Mereka bekerja dengan risiko tinggi, menapaki jalur terjal dan penuh gas beracun, hanya dengan perlindungan minim.
Para penambang ini memecahkan bongkahan belerang di kawah, memikul beban berat mencapai 70–90 kg melewati medan ekstrem menuju pos pengumpulan di kaki gunung.
Meski pekerjaan ini berat dan berbahaya, banyak warga sekitar yang menggantungkan hidup dari pekerjaan ini karena keterbatasan lapangan kerja lain.
Peran Kawah Ijen dalam Kehidupan Sosial dan Budaya
BACA JUGA:Bolu Kukus Tiramisu: Perpaduan Lembut yang Menghadirkan Cita Rasa Tiramisu Italia
Kehadiran Kawah Ijen bukan hanya penting secara geologis, tetapi juga memiliki dampak sosial dan budaya bagi masyarakat sekitarnya.
Kawasan ini telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Banyuwangi dan Bondowoso.
Kisah perjuangan para penambang sering menjadi inspirasi dalam karya seni lokal, baik dalam bentuk lagu, cerita rakyat, maupun film dokumenter.
Banyak warga lokal kini beralih menjadi pemandu wisata, penyedia homestay, atau menjual produk kerajinan khas.
Pemerintah daerah pun mengembangkan kawasan ini sebagai bagian dari ekowisata, dengan tetap menjaga kelestarian alam dan keselamatan pengunjung.
BACA JUGA:Benteng Keraton Buton: Warisan Megah Kesultanan di Pusaran Sejarah Maritim Indonesia
Letusan dan Aktivitas Vulkanik
Meski keindahan Kawah Ijen memikat, gunung ini tetap merupakan gunung berapi aktif.