BACA JUGA:Komitmen terhadap Lingkungan, BRI Catatkan Green Financing Tembus Rp89,9 Triliun
Meski begitu, tantangan modal menjadi salah satu hambatan yang cukup sering ia hadapi.
“Modal itu tantangan terbesar. Kadang kita harus ambil stok dulu dan bayar ke supplier beberapa hari kemudian. Kalau nggak seperti itu, ya usaha nggak bisa jalan,” tuturnya.
Kendala tersebut mulai teratasi ketika Engga memperoleh informasi tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI.
Ia sudah dua kali menerima bantuan pinjaman dari BRI. Pengajuan pertama dilakukan pada 2021.
BACA JUGA:Dari Lokal ke Global: Kerajinan Tangan Couplepreneur Ini Tembus Pasar Asia dan Amerika Bersama BRI
Saat itu, ia mengetahui program ini dari petugas BRI yang tengah survei ke rumah tetangganya.
Engga merasa tertarik karena tengah membutuhkan tambahan modal. Proses pengajuan yang tidak rumit dan suku bunga yang terjangkau membuatnya mantap mengambil pinjaman tersebut.
Menurutnya, syaratnya juga tidak memberatkan, selama usahanya benar-benar berjalan aktif dan jelas.
Setelah pinjaman pertama lunas, ia kembali mengajukan pinjaman untuk memperkuat kapasitas usaha, termasuk menambah stok ikan dan perlengkapan lainnya.
BACA JUGA:Komitmen terhadap Lingkungan, BRI Catatkan Green Financing Tembus Rp89,9 Triliun
Penambahan stok ini secara langsung meningkatkan volume penjualannya—terutama dalam mendukung kebutuhan program MBG.
“Saya sangat bersyukur dengan adanya program MBG dari pemerintah. Dampaknya terasa langsung untuk usaha saya. Harapannya program ini bisa terus berjalan dan berkembang lebih baik lagi ke depannya,” ucap Engga.
Di sisi lain, Direktur Mikro BRI, Akhmad Purwakajaya, menyampaikan bahwa pembiayaan kepada pelaku UMKM dalam program MBG merupakan wujud sinergi konkret antara sektor perbankan dan pemerintah.
Sinergi ini tidak hanya memperkuat fondasi ekonomi nasional, tetapi juga memberi dampak sosial seperti peningkatan gizi masyarakat serta pemberdayaan ekonomi lokal.
BACA JUGA:Strategi BRI Perkuat Pendanaan: Prioritaskan Penghimpunan Dana Murah