Namun konflik antara mereka memaksanya pergi dari Mesir. Pada tahun 48 SM, ia meminta bantuan Julius Caesar, jenderal Romawi berpengaruh, untuk merebut kembali kekuasaannya. Setelah berhasil, Ptolemaeus tewas tenggelam di Sungai Nil.
Cleopatra dan Caesar memiliki seorang anak bernama Caesarion. Seusai pembunuhan Caesar pada 44 SM, ia menjalin hubungan dengan Marcus Antonius dan memiliki tiga anak darinya.
Hubungan ini tak hanya bersifat romantis, tetapi juga sebagai strategi politik untuk mempertahankan posisi dan kekuasaan.
Namun, kedekatan mereka menimbulkan ancaman bagi elit politik Romawi. Oktavianus, rival Antonius, akhirnya menyatakan perang terhadap pasangan tersebut.
Dalam Pertempuran Actium (31 SM), mereka kalah. Antonius bunuh diri karena mengira Cleopatra telah meninggal, dan Cleopatra pun mengakhiri hidupnya dengan cara yang masih menjadi misteri—konon melalui gigitan ular berbisa.
Dengan kematiannya, berakhirlah era Ptolemaik dan dimulailah dominasi Romawi atas Mesir.
BACA JUGA:Makna dan Sejarah Rumah Baileo sebagai Pusat Tradisi dan Identitas Maluku
BACA JUGA: Danau Satonda: Sejarah Alam dan Legenda Mistis Pulau Vulkanik yang Menawan
Menggali Sosok Cleopatra dari Sumber Sejarah
Menemukan gambaran utuh tentang Cleopatra tidaklah mudah. Sebagian besar informasi berasal dari catatan sejarawan Romawi seperti Plutarkhos dan Cassius Dio, yang menulis kisahnya bertahun-tahun setelah kematiannya. Karena ditulis oleh pihak yang punya kepentingan politik, Cleopatra sering kali digambarkan sebagai sosok manipulatif dan menggoda pria demi ambisinya sendiri.
Penggambaran semacam ini memantapkan propaganda Romawi bahwa Cleopatra adalah ancaman terhadap moralitas dan stabilitas mereka—menutupi kenyataan bahwa ia juga seorang pemimpin yang cerdas dan tangguh.
Sosok Cleopatra dalam Budaya Populer
Gambaran Cleopatra sebagai wanita yang dramatis dan tragis mulai populer sejak masa Renaisans. Salah satu representasi paling terkenal adalah dalam drama Antony and Cleopatra karya William Shakespeare. Dalam kisah tersebut, Cleopatra muncul sebagai perempuan kuat sekaligus emosional yang akhirnya hancur karena cinta dan kekuasaan.
BACA JUGA:Rekomendasi Wisata Pekanbaru: Menjelajahi Pesona Alam, Budaya, dan Sejarah di Ibu Kota Riau!
BACA JUGA: Jejak Sejarah Suku Zulu: Bangsa Pejuang yang Mengukir Legenda Afrika Selatan
Shakespeare menampilkan Cleopatra sebagai tokoh kompleks: berani, cerdas, sekaligus penuh emosi. Cinta membawanya pada kehancuran, namun juga menjadikannya karakter yang membangkitkan empati dan kekaguman.