Puncak Lompobattang menyimpan situs bersejarah yang dikenal sebagai Batu Amparita. Tempat ini dipercaya sebagai makam tokoh penting, baik dari kalangan penyebar agama Islam maupun leluhur masyarakat Gowa.
Oleh karena itu, gunung ini sering dijadikan lokasi ziarah, khususnya pada hari-hari yang dianggap memiliki nilai spiritual tinggi.
Makna Lompobattang bagi Masyarakat Konjo
Bagi suku Konjo — sub-etnis Makassar yang bermukim di lereng-lereng gunung — Lompobattang bukan sekadar bentang alam, melainkan pusat keyakinan dan warisan budaya. Mereka mempercayai bahwa arwah leluhur naik ke langit melalui puncak gunung ini.
Dalam ritual adat tertentu, arah doa dan persembahan masih menghadap ke Lompobattang sebagai bentuk penghormatan.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Bukit Zaitun: Titik Suci dalam Lintasan Waktu!
BACA JUGA:Sejarah Rumah Adat Maluku Utara: Sasadu, Simbol Persatuan dan Kearifan Lokal Masyarakat Sahu!
Salah satu legenda terkenal yang masih hidup dalam ingatan kolektif masyarakat adalah kisah “To Manurung,” manusia suci yang diyakini turun dari langit dan memulai peradaban dari kawasan sekitar gunung ini.
Destinasi Populer bagi Pendaki
Sejak tahun 1980-an, Gunung Lompobattang mulai dikenal luas oleh kalangan pecinta alam.
Jalur pendakiannya menantang, namun menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan. Salah satu akses utama untuk mendaki dimulai dari Desa Bonto Lojong di Kecamatan Bontobahari.
Meskipun ramai dikunjungi, masyarakat setempat tetap menjaga nilai-nilai tradisi dan adat yang telah diwariskan secara turun-temurun.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Kluet: Asal Usul, Budaya, dan Perannya dalam Keberagaman Aceh Selatan!
BACA JUGA:Jejak Budaya Maluku di Museum Siwalima: Dari Koleksi Sejarah hingga Kearifan Lokal
Pendaki dihimbau untuk menghormati norma lokal, menjaga ucapan dan perilaku, serta mengikuti aturan adat agar tidak mengganggu keseimbangan spiritual yang dipercayai masih melekat di kawasan tersebut.
Keanekaragaman Hayati dan Tantangan Lingkungan