BACA JUGA:Mengulik Kisah Sejarah Gunung Bismo: Jejak Mistis di Tanah Dieng!
Serangkaian ritual ini dimulai beberapa hari sebelum hari pelaksanaan ruwatan.
Para tetua adat akan mengunjungi 21 lokasi yang dianggap suci, termasuk tujuh sumber mata air di Dataran Tinggi Dieng.
Mereka akan mengambil air dari ketujuh sumber tersebut.
Prosesi ini dapat berlangsung dalam satu hari atau beberapa hari, tergantung pada kesepakatan adat dan situasi yang ada.
Ziarah tersebut bertujuan untuk meminta izin agar acara yang akan diadakan dapat berjalan dengan baik.
BACA JUGA:Sejarah Misteri Kawasan Dieng: Negeri di Atas Awan yang Menyimpan Rahasia!
Selain itu, juga berdoa agar ruwatan tersebut mendatangkan berkah bagi anak tersebut, keluarganya, dan seluruh masyarakat Dataran Tinggi Dieng.
Pada hari pelaksanaan, rangkaian acara dimulai di pagi hari.
Anak-anak yang memiliki rambut gimbal berkumpul di rumah salah satu sesepuh adat.
Di setiap desa di Dataran Tinggi Dieng, ada seorang sesepuh adat. Pemimpin acara ruwatan massal ditentukan berdasarkan lokasi pelaksanaan ruwatan tersebut.
BACA JUGA:Sejarah Candi Arjuna: Jejak Peradaban Kuno di Dataran Tinggi Dieng!
Selain anak-anak berambut gimbal, para wanita pengiring yang membawa berbagai makanan persembahan, yang biasa disebut domas, juga hadir di sini.
Kelompok seni dan para tetua adat ikut serta dalam rombongan ini. Mereka kemudian akan berkeliling desa.
Setelah berkeliling desa, arak-arakan akan menuju Kompleks Candi Arjuna.
Tempat pertama yang disinggahi adalah Sendang Sedayu.