Dalam cerita-cerita Dreamtime, para leluhur spiritual menciptakan lanskap bumi, sungai, gunung, dan makhluk hidup.
Kisah ini diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi melalui lagu, tarian, dan lukisan, terutama lukisan di batu dan pasir.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Patung Reog Ponorogo: Simbol Identitas Budaya dan Kebanggaan Masyarakat!
Seni dan Budaya
Seni Aborigin sangat khas dan sarat makna spiritual. Lukisan titik (dot painting), ukiran kayu, dan seni tubuh adalah beberapa bentuk ekspresi budaya mereka yang terkenal.
Simbol-simbol dalam karya seni mereka bukan hanya hiasan, melainkan media untuk menyampaikan pesan leluhur, peta wilayah suku, dan cerita tentang Dreamtime.
Upacara adat juga memainkan peran penting dalam kehidupan Suku Aborigin. Upacara ini biasanya terkait dengan peristiwa penting seperti kelahiran, kedewasaan, pernikahan, dan kematian.
Musik tradisional yang menggunakan didgeridoo alat musik tiup khas Aborigin sering mengiringi upacara tersebut.
Kontak dengan Bangsa Eropa
BACA JUGA:Sejarah Danua Shuji: Misteri Peradaban Kuno dan Kearifan Leluhur di Balik Keheningan Danau!
Segala sesuatu mulai berubah drastis pada akhir abad ke-18, saat bangsa Inggris mulai menjadikan Australia sebagai koloni.
Kedatangan kapal First Fleet pada tahun 1788 di Port Jackson (kini Sydney) menandai awal dari penjajahan sistematis.
Tanah yang selama ribuan tahun dihuni Suku Aborigin secara perlahan mulai dirampas tanpa perjanjian atau kompensasi.
Selain kehilangan tanah dan akses terhadap sumber daya alam, mereka juga mengalami penurunan populasi akibat peperangan, wabah penyakit yang dibawa oleh orang Eropa, serta kebijakan asimilasi paksa.
Salah satu bab kelam dalam sejarah ini adalah praktik penculikan anak-anak Aborigin yang dikenal sebagai "Stolen Generations,"
di mana anak-anak dipisahkan dari keluarga mereka dan dibesarkan oleh keluarga kulit putih untuk "diperadabkan."