Sejarah Kelenteng Sam Poo Kong: Jejak Laksamana Cheng Ho di Tanah Jawa!

Kamis 05-06-2025,15:08 WIB
Reporter : Lia
Editor : Almi

Gua batu tempat Cheng Ho beribadah lambat laun mulai dipandang sakral, terutama oleh para keturunannya dan komunitas Tionghoa yang tumbuh di sekitar wilayah itu.

Dari sinilah bermula pembangunan kelenteng pertama di lokasi tersebut.

Nama Sam Poo Kong sendiri berasal dari sebutan "Sam Poo Tay Djien" yang merupakan gelar kehormatan masyarakat lokal kepada Cheng Ho.

BACA JUGA:Menaklukkan Puncak Kemegahan Gunung Sago di Sumatera Barat

Seiring waktu, kelenteng ini menjadi pusat aktivitas spiritual dan sosial.

Selain tempat ibadah, Sam Poo Kong juga dijadikan tempat berkumpulnya masyarakat Tionghoa dan berbagai kelompok etnis lainnya.

Acara ini meriah dengan arak-arakan patung Cheng Ho, pertunjukan barongsai, dan kesenian lokal lainnya yang mencerminkan akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa.

BACA JUGA:Menaklukkan Puncak Kemegahan Gunung Sago di Sumatera Barat

Pemugaran dan Perkembangan Modern

Bangunan Kelenteng Sam Poo Kong pernah rusak akibat gempa bumi dan usia yang menua.

Pada awal abad ke-18, kelenteng dipugar oleh masyarakat Tionghoa yang tinggal di sekitar wilayah tersebut.

Renovasi demi renovasi dilakukan hingga kelenteng tampil seperti yang dapat dilihat saat ini.

dengan arsitektur khas Tiongkok bergaya dinasti Ming yang megah, lengkap dengan patung-patung naga, relief kisah Cheng Ho, serta ornamen merah dan emas yang mencolok.

BACA JUGA:Menguak Kutukan Prabu Brawijaya V: Misteri di Balik Gunung Lawu yang Masih Jadi Tanda Tanya

Selain menjadi tempat peribadatan, kawasan ini juga difungsikan sebagai museum dan tempat wisata edukatif yang memamerkan sejarah perjalanan Cheng Ho serta perkembangan komunitas Tionghoa di Semarang.

Simbol Harmoni Budaya

Kelenteng Sam Poo Kong bukan hanya simbol religius, tetapi juga simbol harmoni antar budaya.

Kategori :