Kekijing ketiga untuk tamu yang lebih tua,
Kekijing keempat bagi tamu kerabat dekat,
Kekijing kelima (gegajah) sebagai ruang terbesar, terbagi menjadi tiga bagian.
Setiap tingkat ruangan mencerminkan jenjang sosial berdasarkan usia, status, hingga prestise. Ornamen berbentuk bunga melati pada atap melambangkan kerukunan dan keagungan.
BACA JUGA:Menyikapi Sejarah Tugu Thomas Parr: Jejak Kolonial di Tanah Bengkulu!
BACA JUGA:Memahami Sejarah Suku Mentawai: Warisan Leluhur dari Pulau Terpencil!
3. Rumah Rakit
Rumah rakit merupakan jenis rumah adat yang dibangun di atas permukaan air, biasanya di pinggir sungai.
Sejak masa Kerajaan Sriwijaya, rumah ini sudah digunakan sebagai tempat tinggal maupun gudang penyimpanan barang dagangan oleh bangsa asing seperti Inggris, Belanda, dan Tiongkok.
Dibuat dari bambu manyan yang besar dan tahan air, serta balok kayu dari hutan setempat, rumah ini dirancang untuk mengapung dan tahan lama.
Dindingnya terbuat dari papan kayu atau anyaman bambu, sedangkan atapnya memakai daun nipah kering yang diikat rotan.
Rumah ini umumnya hanya terdiri dari dua ruangan: satu sebagai tempat tidur dan satu lagi untuk aktivitas sehari-hari, dengan dapur terletak di luar.
BACA JUGA:Sejarah Perjalanan Tugu Juang Siliwangi: Simbol Keteguhan dan Semangat Perjuangan Rakyat Sunda!
BACA JUGA:Sejarah Tugu Raja Sibarani: Jejak Leluhur dan Simbol Pemersatu Marga di Tanah Batak!
Kehadirannya mencerminkan kemampuan masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungan perairan, mengingat sekitar 40% wilayah Bangka Belitung terdiri dari perairan.
Pembangunan rumah rakit tidak hanya mempertimbangkan aspek teknis, tetapi juga sosial.