PAGARALAMPOS.COM - Kota Cilegon, yang terletak di Provinsi Banten, telah lama dikenal sebagai kota industri, terutama karena peran besarnya dalam industri baja nasional.
Di tengah hiruk-pikuk aktivitas pabrik dan geliat ekonomi, berdirilah sebuah monumen yang menjadi simbol kejayaan dan identitas kota ini—Tugu Baja.
Lebih dari sekadar tugu, monumen ini menyimpan kisah sejarah dan nilai filosofis yang mendalam bagi masyarakat Cilegon.
Asal Mula dan Pendirian Tugu Baja
BACA JUGA:Afrika Selatan Terbelah Sistem Apartheid yang Menindas Jutaan Orang
Tugu Baja dibangun sebagai representasi dari status Cilegon sebagai kota industri baja terbesar di Indonesia.
Kota ini dikenal sebagai rumah dari PT Krakatau Steel, perusahaan produsen baja terkemuka yang telah menjadi tulang punggung pembangunan infrastruktur nasional sejak didirikan pada tahun 1970-an.
Ide pembangunan tugu ini muncul pada era ketika Cilegon mulai meneguhkan dirinya sebagai "Kota Baja".
Pemerintah daerah dan tokoh masyarakat sepakat untuk membangun sebuah landmark yang tidak hanya menjadi ikon kota, tetapi juga mencerminkan sejarah panjang perjuangan dan perkembangan industri di wilayah tersebut.
Tugu Baja diresmikan sebagai monumen publik yang berdiri tegak di pusat kota, mudah dijangkau, dan menjadi salah satu destinasi favorit warga serta pengunjung.
BACA JUGA:Mengungkap Batu-Batu Bernada dari Lembah Sulawesi, Misteri Peradaban yang Hilang Tak Terungkap
Dengan desain yang futuristik namun tetap sederhana, tugu ini menyimpan banyak makna yang lebih dari sekadar simbol logam.
Desain dan Makna Visual
Secara visual, Tugu Baja menampilkan bentuk menyerupai lempengan baja atau pilar-pilar logam yang menjulang. Material yang digunakan tentu saja terbuat dari baja, sesuai dengan tema utama yang diangkat.
Bentuk tegaknya yang menjulang ke langit melambangkan semangat kemajuan, daya tahan, serta kekuatan—karakteristik utama dari baja itu sendiri.