PAGARALAMPOS.COM - Di tengah hiruk-pikuk Ibu Kota Jakarta, tepatnya di kawasan Pasar Baru, tersimpan jejak masa lalu yang kini hanya tinggal kenangan: Taman Wilhelmina.
Taman ini dulunya merupakan salah satu ruang terbuka hijau paling terkenal pada masa kolonial Belanda, yang menyimpan banyak cerita tentang perubahan kota Batavia—nama lama Jakarta—dari masa ke masa.
Meski kini wujudnya telah berubah, sejarah Taman Wilhelmina tetap menjadi bagian penting dari identitas kota ini.
Awal Mula: Dari Reruntuhan Benteng ke Taman Indah
BACA JUGA:Perang Dunia II Saat Ambisi Kekuasaan Menjerumuskan Dunia ke Jurang Kematian
Asal-usul Taman Wilhelmina tidak lepas dari keberadaan Stadhuis van Batavia dan Benteng Prins Frederik, benteng yang dibangun pada abad ke-19 sebagai bagian dari sistem pertahanan Belanda di Batavia.
Benteng ini berada di kawasan Weltevreden, yang saat itu menjadi pusat pemerintahan kolonial setelah kawasan Kota Tua dianggap tidak sehat karena langganan banjir dan penyakit.
Pada pertengahan abad ke-19, seiring dengan perkembangan kota dan munculnya kebutuhan akan ruang terbuka bagi masyarakat Eropa yang tinggal di Batavia, pemerintah Hindia Belanda mulai merancang taman kota.
Lokasi bekas benteng dan areal sekitarnya kemudian dijadikan taman publik yang diberi nama Taman Wilhelmina, sebagai penghormatan kepada Ratu Wilhelmina yang naik takhta pada tahun 1890.
BACA JUGA:Awal Abad 20 Dihantam Neraka Perang Dunia I Jadi Luka Dunia yang Menganga
Taman ini menjadi ikon baru Batavia, dengan pepohonan rindang, jalur pejalan kaki, bangku taman, dan suasana yang sejuk.
Masyarakat Eropa menjadikan tempat ini sebagai lokasi bersantai, berjalan-jalan sore, hingga menyelenggarakan acara musik atau perayaan kenegaraan.
Fungsi Sosial dan Budaya
Taman Wilhelmina bukan hanya taman biasa. Ia adalah pusat kehidupan sosial kelas atas Eropa pada zamannya.
Berbagai kegiatan publik seperti konser musik oleh kelompok militer, pertunjukan seni, hingga pertemuan sosial berlangsung di taman ini.