Responsnya yang kasar dan tidak bijaksana menyulut kemarahan sepuluh suku di utara.
Pemberontakan pun pecah Di bawah kepemimpinan Yerobeam, sepuluh suku memisahkan diri dan mendirikan Kerajaan Israel di utara dengan ibu kota pertamanya di Sikhem, kemudian dipindahkan ke Samaria.
Sementara Rehabeam tetap memerintah Kerajaan Yehuda di selatan, berpusat di Yerusalem. Maka lahirlah dua kerajaan dari satu bangsa Israel di utara dan Yehuda di selatan.
BACA JUGA:Menguak Sejarah Tugu Khatulistiwa: Penanda Garis Imajiner yang Mendunia!
Dua Kerajaan, Dua Arah kerajaan Israel di utara kerap berganti dinasti dan dihantui konflik internal.
Meski memiliki wilayah yang lebih luas dan sumber daya lebih besar, stabilitas politiknya rapuh.
Raja-raja di utara seringkali dianggap menyimpang karena mendirikan tempat ibadah alternatif yang menyaingi Bait Suci di Yerusalem.
Sementara itu, Kerajaan Yehuda lebih stabil secara politik dan memiliki kesinambungan dinasti dari keturunan Daud namun stabilitas itu tidak membuat mereka kebal dari kemerosotan moral dan sosial.
BACA JUGA:Sejarah Tugu Proklamasi: Menelusuri Jejak Fisik Kemerdekaan Bangsa Indonesia di Pegangsaan Timur!
Kedua kerajaan pun berkali-kali terlibat konflik satu sama lain, bahkan saling bersekutu dengan bangsa asing yang kelak menjadi bumerang bagi keduanya.
Kerajaan Israel utara akhirnya jatuh ke tangan Kekaisaran Asyur pada tahun 722 SM.
Sebagian besar penduduknya diasingkan dan tersebar, memunculkan legenda tentang “Sepuluh Suku yang Hilang.”
Sementara Kerajaan Yehuda bertahan lebih lama, namun pada tahun 586 SM, Babel di bawah Raja Nebukadnezar menghancurkan Yerusalem, merobohkan Bait Suci, dan membawa rakyat Yehuda ke pembuangan di Babilonia.
BACA JUGA: Menelusuri Tugu Pamandengan: Simbol Kosmologi Jawa dan Jejak Sejarah Kota Surakarta!
Itulah akhir dari dua kerajaan yang dahulu pernah bersatu dalam satu perjanjian dan satu identitas.
Perpecahan dua kerajaan Israel bukan sekadar kisah sejarah kuno.