Isi dari prasasti sendiri tidak menyebutkan nama raja atau kerajaan secara eksplisit, namun menekankan pada kesucian mata air Tukmas.
Terdapat pula penggambaran simbol-simbol keagamaan Hindu seperti cakra (roda), trisula (tombak bermata tiga), kendi, bunga teratai, dan kapak — yang merupakan perlambang dari dewa-dewa Hindu seperti Wisnu dan Siwa.
BACA JUGA:Cikal Bakal Manusia Modern. Benarkah Pertama Kali Muncul di Afrika?
Simbol-simbol tersebut menandakan bahwa kawasan sekitar Tukmas dahulu merupakan tempat yang dianggap suci dan mungkin digunakan untuk praktik keagamaan atau pertapaan.
Konteks Sejarah dan Budaya
Abad ke-6 Masehi merupakan masa transisi penting dalam sejarah Indonesia, di mana pengaruh budaya India mulai mengakar kuat di berbagai wilayah.
Melalui jalur perdagangan maritim, para pedagang dan brahmana dari India membawa ajaran Hindu dan Buddha ke Nusantara. Jawa, sebagai pulau yang strategis, menjadi salah satu titik penting penyebaran budaya ini.
Prasasti Tukmas merupakan bukti nyata bagaimana nilai-nilai spiritual dan budaya India terasimilasi dengan kehidupan masyarakat lokal.
Penggunaan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta menunjukkan bahwa para elit lokal saat itu telah berinteraksi dengan tradisi literasi India, bahkan sebelum munculnya kerajaan besar seperti Mataram Kuno.
Selain itu, penempatan prasasti di dekat sumber air menekankan pentingnya air dalam kosmologi Hindu, yang dipandang sebagai sumber kehidupan dan pemurnian.
Air dari mata air Tukmas kemungkinan digunakan dalam ritual-ritual religius oleh para pertapa atau pendeta Hindu.
Nilai Arkeologis dan Spiritual
Secara arkeologis, Prasasti Tukmas membantu mengisi celah dalam pemahaman kita tentang perkembangan awal peradaban di Jawa.
BACA JUGA:Bagaimana Menghindari Fitnah Ya’juj dan Ma’juj? Inilah yang Perlu Kita Lakukan
Meskipun tidak menyebutkan kerajaan secara langsung, prasasti ini menjadi petunjuk tentang eksistensi komunitas religius dan sistem kepercayaan yang telah mapan jauh sebelum munculnya prasasti-prasasti dari era Mataram Kuno.