Memasuki abad ke-16, kerajaan ini mengalami guncangan hebat akibat invasi bangsa asing, termasuk Portugis yang agresif setelah berhasil menguasai Malaka.
Seiring waktu, posisi strategis Samudra Pasai mulai tergantikan oleh pelabuhan-pelabuhan baru, serta kebangkitan kekuatan baru seperti Kesultanan Aceh Darussalam yang kemudian mengambil alih peran utama di wilayah utara Sumatra.
Walaupun akhirnya runtuh, pengaruh Samudra Pasai tetap terasa dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
BACA JUGA:Sejarah Taman Purbakala Pugung Raharjo: Jejak Megalitikum, Hindu-Buddha, dan Islam di Tanah Lampung!
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Buay Pernong: Warisan Kerajaan Adat di Tanah Lampung!
Jejak sejarahnya masih dapat dijumpai dalam bentuk makam Sultan Malik al-Saleh yang hingga kini terjaga di Aceh Utara, sisa-sisa bangunan istana, hingga peninggalan naskah-naskah kuno.
Kerajaan ini menjadi bukti nyata bahwa Islam hadir di Nusantara tidak semata sebagai ajaran agama, tetapi juga sebagai kekuatan budaya, politik, dan intelektual yang membentuk identitas masyarakat.
Oleh karena itu, memahami sejarah Samudra Pasai menjadi langkah penting untuk mengenali fondasi awal terbentuknya Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan warisan budaya dan sejarah maritim yang luar biasa.