Desain benteng yang melingkar memungkinkan penjaga untuk melakukan pengawasan dan pertahanan ke segala arah.
BACA JUGA:Sejarah Benteng Somba Opu: Benteng Perlawanan dan Simbol Kejayaan Kerajaan Gowa!
Gaya arsitektur ini terinspirasi dari benteng Martello yang lebih dulu digunakan di Inggris dan wilayah jajahan lainnya.
Meskipun versi di Pulau Kelor berukuran lebih kecil, struktur ini menggambarkan teknologi militer maju pada masanya.
Dinding benteng terbuat dari bata merah tebal yang dibangun untuk tahan terhadap serangan dan cuaca laut yang keras.
Meski telah berabad-abad, sebagian besar dindingnya masih berdiri meski mulai lapuk akibat abrasi dan usia. Dahulu, benteng ini dilengkapi dengan meriam, menara penjaga, serta ruang penyimpanan senjata dan logistik.
BACA JUGA:Pesona Pulau Nusa Barong: Menelusuri Keindahan Alam dan Legenda yang Mengelilinginya di Jawa Timur
Fungsi Lain Selama Masa Kolonial
Tak hanya sebagai pos militer, Pulau Kelor juga pernah difungsikan sebagai tempat karantina bagi pelaut dan pendatang yang baru tiba di Batavia.
Mereka yang dicurigai membawa penyakit menular seperti kolera atau pes akan diisolasi di sini sebelum diperbolehkan masuk ke daratan utama.
Catatan sejarah juga mengindikasikan bahwa pulau ini pernah digunakan sebagai lokasi pemakaman sementara bagi awak kapal atau warga Belanda yang meninggal dalam pelayaran.
BACA JUGA:Sejarah Benteng Somba Opu: Benteng Perlawanan dan Simbol Kejayaan Kerajaan Gowa!
Meskipun jejak-jejak fisik fungsi tersebut tak lagi tampak, kisah ini tetap menjadi bagian dari narasi sejarah Pulau Kelor.
Masa Pasca-Kolonial dan Peran di Era Modern
Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, peran Pulau Kelor sebagai pos pertahanan militer pun usai.
Dalam beberapa dekade, keberadaan pulau ini nyaris tak terdengar, tertutup oleh perkembangan pesat ibu kota dan munculnya destinasi wisata lain di Kepulauan Seribu.