“Saya tak pernah punya kesempatan untuk menjelaskan.
Tak ada ruang untuk berkata tidak,” katanya ketika saya temui di rumahnya yang sederhana di pinggiran Jogja.
“Ayah saya hanya guru sekolah rakyat.
Tapi karena dia aktif di organisasi yang dulu dianggap berbau kiri, kami semua ikut dihukum.
Itulah sisi lain G30S.
Bukan hanya soal siapa membunuh siapa. BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gunung Poteng: Jejak Mistis dan Peran Strategis di Kalimantan Barat!
Tapi tentang siapa yang harus menanggung akibatnya bahkan ketika mereka tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sejarah yang selama ini kita kenal cenderung tunggal.
Versi pemenang Bahwa G30S adalah bentuk makar brutal yang mengancam kedaulatan bangsa. Bahwa PKI adalah dalang, dan tentara sebagai penyelamat.
Tapi sejarah bukanlah hitam-putih.
Ada banyak zona abu-abu yang tak tercatat di buku pelajaran.
Di desa-desa, ribuan orang hilang begitu saja.
Diinterogasi, disiksa, lalu dibuang tanpa jejak.
Banyak yang tak pernah kembali.