Di Surabaya, misalnya, CCTV bukan lagi hanya alat pantau keamanan, tapi juga menjadi mata digital yang membaca lalu lintas secara real-time.
Orang-orang dapat mengetahui lokasi yang lancar dan macet dengan menggunakan aplikasi seperti Waze atau Google Maps.
Rekayasa lalu lintas bisa dilakukan dalam hitungan menit, bukan rapat berhari-hari.
Program JakLingko di Jakarta berusaha menyatukan moda transportasi melalui sistem digital.
BACA JUGA:Xiaomi Support VR! Smartphone Andal Buat Pecinta Teknologi Imersif
Satu kartu.
Satu aplikasi.
Dari angkot hingga MRT.
Bahkan pembayaran bisa dilakukan lewat ponsel. Ini bukan cuma efisiensi, tapi juga bukti bahwa teknologi bisa menghapus sekat-sekat kota yang selama ini terasa sumpek dan semrawut.
BACA JUGA:Teknologi eSIM, Hemat Tempat tapi Bikin Repot? Simak Plus Minusnya!
Tapi smart city bukan hanya soal teknologi.
Ia juga tentang kebijakan.
Tentang keberanian pemerintah kota untuk berubah.
Untuk mendengar suara warganya, bahkan yang disampaikan lewat feedback aplikasi, bukan hanya demonstrasi di jalan.
BACA JUGA:Sony Xperia 1 VI, Ponsel Flagship dengan Dimensi Lebih Lebar dan Teknologi Terbaru
Kota cerdas bukan hanya tahu segalanya, tapi juga mau belajar dari data yang dikumpulkannya.