PAGARALAMPOS.COM - Di sudut timur Nusantara, dua kesultanan megah pernah berdiri sebagai lambang kejayaan dan kemakmuran, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore.
Berada di Kepulauan Maluku, wilayah yang dijuluki Kepulauan Rempah, kedua kesultanan ini tidak hanya berperan penting dalam perdagangan dunia, tetapi juga dalam mempertahankan identitas budaya dan kedaulatan bangsa.
Kesultanan Ternate diperkirakan didirikan pada abad ke 13 sebagai akibat dari berkembangnya perdagangan rempah-rempah, terutama cengkih, dan menjadi kekuatan maritim yang penting.
Selain itu, Tidore bergabung dengan Spanyol untuk melawan kekuasaan Ternate.
BACA JUGA:Sejarah Museum Etnobotani Bogor 52: Menyelami Kearifan Lokal dan Hubungan Manusia dengan Tumbuhan!
Para penguasa Ternate dan Tidore dikenal dengan sebutan Kolano sebelum akhirnya mengadopsi gelar Sultan setelah Islam masuk ke kawasan ini sekitar abad ke-15.
Sultan Zainal Abidin dari Ternate adalah salah satu tokoh penting yang mengislamkan kerajaan dan membangun sistem pemerintahan yang berbasis syariat.
Hubungan antara Ternate dan Tidore bak dua sisi mata uang: bersaudara, namun sering bersaing.
Kompetisi utama mereka berkisar pada penguasaan jalur perdagangan rempah-rempah yang sangat bernilai di pasar dunia.
BACA JUGA:Masa Penjajahan VOC yang Terlupa,Jejak Luka dalam Senyap Sejarah
Cengkih dan pala yang tumbuh subur di tanah Maluku menjadi komoditas yang diperebutkan bangsa-bangsa Eropa, dari Portugis, Spanyol, hingga Belanda.
Ternate, yang lebih dahulu bersekutu dengan Portugis, sempat menikmati keuntungan besar dari hubungan tersebut.
Namun, kerja sama itu lambat laun berubah menjadi penjajahan tersembunyi.
Saat Sultan Hairun dari Ternate dibunuh oleh Portugis, rakyat Ternate bangkit dan dipimpin oleh Sultan Baabullah.
BACA JUGA:Sejarah Air Terjun Dua Suguhan Menawan: Kisah Alam, Budaya, dan Perjuangan yang Terlupakan!