Tidak Belajar dari Pendahulunya, Kerajaan Demak Juga Runtuh karena Perang Saudara

Selasa 29-04-2025,03:48 WIB
Reporter : Gita
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Perang saudara menjadi salah satu penyebab utama runtuhnya berbagai kerajaan di Nusantara, baik yang berlandaskan Hindu-Buddha maupun Islam.

Kerajaan Demak, sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, mengalami kemunduran signifikan akibat konflik internal antara Sunan Prawoto dan Arya Penangsang. Terlepas dari warisan sejarah yang kaya, tampaknya kerajaan ini tidak belajar dari pengalaman pendahulunya.

Dikenal karena mengakhiri era Majapahit, Kerajaan Demak berdiri pada abad ke-15 dan mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono. Sayangnya, perlahan-lahan, kerajaan ini mengalami kemunduran memasuki abad ke-16. Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada runtuhnya Kerajaan Demak adalah perang saudara antara Sunan Prawoto dan Arya Penangsang.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Kerajaan Pajang: Warisan Lanjutan dari Majapahit dan Demak!

Perang Saudara di Kerajaan Demak

Pada tahun 1546, Sultan Trenggono, yang saat itu menjabat sebagai Sultan Demak, meninggal dunia dalam suatu ekspedisi perluasan wilayah. Menurut catatan sejarah, ia tewas dibunuh saat menyerang Panarukan di Jawa Timur, yang dijajah oleh Blambangan.

Setelah kepergian Sultan Trenggono, kekosongan kekuasaan pun terjadi. Situasi ini dimanfaatkan oleh putra sulungnya, Sunan Prawoto, untuk menggantikan posisi ayahnya. Sunan Giri dan para sesepuh Kerajaan Demak mengakui Sunan Prawoto sebagai raja pada tahun yang sama. Namun, selama masa pemerintahannya, Sunan Prawoto lebih banyak berfokus sebagai ahli agama daripada memimpin kerajaan, yang mengakibatkan sejumlah daerah mulai merdeka dari pengaruh Demak. Kondisi ini lantas memicu terjadinya perang saudara.

Perseteruan antara Sunan Prawoto dan sepupunya, Arya Penangsang, pun tak terhindarkan. Arya Penangsang, yang merupakan putra Pangeran Sekar Seda Lepen, merasa lebih berhak atas kekuasaan kerajaan. Rasa dendamnya terhadap kematian ayahnya semakin memperkuat penolakan untuk mengakui Sunan Prawoto sebagai raja. Dengan tekad membalas dendam, Arya Penangsang berupaya merebut kekuasaan dari Sunan Prawoto. Perang saudara ini berlangsung dari tahun 1546 hingga 1549.

Konflik ini berakhir ketika Arya Penangsang kalah di tangan Hadiwijaya dari Pajang. Sultan Hadiwijaya, yang juga menantu Sultan Trenggono, mengutuk perang saudara tersebut. Bersama Ki Gede Pemanahan dan Ki Panjawi, ia berusaha merebut kembali kekuasaan Kerajaan Demak dari Arya Penangsang. Pada akhirnya, mereka berhasil mengalahkan Arya Penangsang di Jipang Panolan.

Pada tahun 1568, Joko Tingkir ditunjuk sebagai Raja Demak dan mengalihkan ibu kota ke wilayah Pajang. Pemindahan ibu kota ini menjadi salah satu tanda awal runtuhnya Kerajaan Demak.

BACA JUGA:Simak Sejarahnya! Kerajaan Islam Pertama yang Berdiri di Pulau Jawa adalah Kerajaan Demak!

Perang Saudara dan Jejak Sejarah

Sebagai catatan, perang saudara yang melanda Kerajaan Majapahit dikenal dengan sebutan Perang Paregreg. Memang benar bahwa Kerajaan Demak berperan dalam mengakhiri era Majapahit, namun perang saudara yang melanda mereka menjadi penyebab utama melemahnya kekuasaan itu.

Perang Paregreg (1404-1406) sendiri merupakan salah satu konflik internal antara Bhre Wirabumi dari Kerajaan Blambangan dan Prabu Wikramawardhana dari Kerajaan Majapahit. Meskipun bukan perang saudara pertama di Majapahit, dampak yang ditimbulkannya cukup signifikan.

Meskipun hanya berlangsung selama dua tahun, Perang Paregreg diyakini sebagai salah satu penyebab utama melemahnya Kerajaan Majapahit. Perang ini pecah setelah mangkatnya Hayam Wuruk pada sekitar tahun 1389.

Kategori :