BACA JUGA:Sejarah Suku Bali, Perjalanan Sejarah Suku Bali yang Membentuk Identitas Budaya Kuat
Aksi tersebut dianggap sebagai bentuk perlawanan atas ketidakadilan, dan tempat di mana sang putri terjun itulah yang kini dikenal sebagai Curug Sumba.
Masyarakat percaya bahwa air di curug ini memiliki energi spiritual yang kuat karena kisah tersebut.
Jejak Sejarah di Balik Keindahan
Meskipun belum banyak diteliti secara akademis, beberapa arkeolog lokal dan pemerhati sejarah mencatat bahwa kawasan sekitar Curug Sumba pernah menjadi bagian dari jalur perdagangan kecil di masa kerajaan Sunda kuno.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah dan Budaya Suku Sunda Dari Kerajaan Sunda Hingga Masa Kini
Dulu, sungai yang mengalir dari curug ini digunakan sebagai jalur penghubung antara kampung-kampung pedalaman dengan pusat perdagangan di pesisir selatan Jawa.
Di beberapa bagian sekitar curug juga ditemukan batu-batu besar yang diyakini sebagai petilasan atau tempat bertapa para leluhur.
Bahkan, beberapa warga tua di desa terdekat masih melakukan ritual kecil setiap tahun di sekitar air terjun sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan roh leluhur.
Potensi Wisata dan Konservasi
Saat ini, Curug Sumba mulai dilirik sebagai destinasi wisata alam yang berpotensi menarik minat wisatawan pencinta alam dan petualangan.
BACA JUGA:Sejarah Suku Bali, Perjalanan Sejarah Suku Bali yang Membentuk Identitas Budaya Kuat
Pemerintah desa setempat bersama dengan pemuda karang taruna telah melakukan beberapa inisiatif untuk memperbaiki akses jalan dan menjaga kebersihan kawasan curug.
Namun, mereka juga sangat berhati-hati agar pengembangan wisata tidak merusak keseimbangan ekosistem yang sudah ada.
Salah satu tantangan utama adalah menjaga kelestarian alam tanpa mengkomersialisasikan secara berlebihan.
Oleh karena itu, konsep wisata berbasis masyarakat (community-based tourism) mulai diperkenalkan, di mana warga lokal menjadi pemandu, penjaga keamanan, hingga pengelola warung makanan kecil.