PAGARALAMPOS.COM - Di tengah pesona alam Priangan Timur yang memikat, berdirilah sebuah karya teknik peninggalan masa kolonial yang masih bertahan hingga kini: Jembatan Cirahong.
Terletak di perbatasan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, jembatan ini bukan sekadar sarana penghubung antarwilayah, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah dan kemajuan teknologi pada masanya.
Dengan konstruksi yang menggabungkan fungsi jalur rel kereta api dan jalan kendaraan bermotor, Jembatan Cirahong merupakan salah satu ikon teknik sipil bersejarah yang unik di Indonesia.
Asal-usul dan Pembangunan
BACA JUGA:Wonderia Semarang: Jejak Kejayaan Taman Hiburan Legendaris yang Kini Tinggal Kenangan Terbengkalai!
Pembangunan jembatan ini menjadi bagian penting dari jalur kereta Cibatu–Banjar, yang dimaksudkan untuk membuka akses ekonomi dan militer di wilayah selatan Pulau Jawa.
Letaknya yang strategis di atas Sungai Citanduy, yang menjadi batas alam antara Ciamis dan Tasikmalaya, menuntut pembangunan jembatan dengan struktur yang kuat sekaligus efisien.
Didesain oleh insinyur Belanda, jembatan ini dibangun menggunakan rangka baja dengan sistem truss, konstruksi yang populer pada abad ke-19 untuk jembatan-jembatan rel.
Namun, keunikan Jembatan Cirahong tidak berhenti sampai di situ. Bagian bawah jembatan dirancang sebagai jalur kendaraan bermotor dan pejalan kaki.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Sungai Sadang: Nadi Kehidupan di Tanah Sulawesi!
Dengan demikian, satu struktur jembatan mampu melayani dua moda transportasi sekaligus: kereta api di atas dan kendaraan di bawah. Desain ini tergolong langka dan menjadi ciri khas Jembatan Cirahong hingga saat ini.
Arsitektur dan Keunikan
Panjang Jembatan Cirahong mencapai sekitar 202 meter, dengan tinggi sekitar 25 meter dari permukaan Sungai Citanduy.
Konstruksi truss baja yang digunakan memungkinkan jembatan ini menahan beban berat kereta api maupun kendaraan bermotor.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Sungai Ciliwung: Nadi Kehidupan dan Saksi Perjalanan Jakarta!