
Pengalaman dalam metaverse masih jauh dari sempurna.
Masalah seperti grafis yang belum realistis, keterbatasan interaksi, dan keterbatasan perangkat membuat banyak pengguna kehilangan minat.
Kritik terhadap Model Bisnisnya
Beberapa proyek metaverse berbasis blockchain sempat menarik perhatian karena menawarkan investasi dalam bentuk aset digital seperti tanah virtual dan NFT (Non-Fungible Token).
Namun, seiring dengan meredupnya pasar kripto, banyak pengguna mulai mempertanyakan nilai jangka panjang dari investasi ini.
Metaverse Masih Memiliki Potensi?
Meskipun mengalami penurunan hype, metaverse tidak bisa dianggap sepenuhnya gagal.
Beberapa sektor masih melihat potensi besar dalam dunia virtual ini.
Contohnya, dalam industri pendidikan dan pelatihan, metaverse dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif.
Sektor kesehatan juga mulai memanfaatkan teknologi ini untuk simulasi medis dan terapi jarak jauh.
BACA JUGA:Wawako Peduli Anak Mengaji di Pagar Alam
Selain itu, dengan perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi VR yang semakin maju, metaverse masih memiliki peluang untuk bangkit di masa depan.
Perusahaan seperti Apple dan Meta masih mengembangkan perangkat VR/AR generasi terbaru yang berpotensi meningkatkan pengalaman pengguna.
Metaverse memang mengalami penurunan popularitas dibandingkan saat pertama kali diperkenalkan sebagai konsep revolusioner.
Namun, hal ini bukan berarti metaverse sepenuhnya gagal. Tantangan seperti keterbatasan teknologi, biaya tinggi, dan kurangnya adopsi massal menjadi faktor utama yang menghambat perkembangannya.