Namun, ada juga yang berpendapat bahwa perkembangan zaman membawa perubahan dalam cara masyarakat menjalankan tradisi, termasuk dalam membangunkan sahur.
Menurut beberapa warga, penggunaan pengeras suara yang kini lebih sering dilakukan dinilai lebih praktis dan tidak memerlukan banyak tenaga.
BACA JUGA:Ramadhan, Menu Program MBG Diganti Takjil
BACA JUGA:Perkuat Imtaq, Wawako Tutup Sanlat Ramadhan MT Insan Madani
Namun, ada pula yang berpendapat bahwa cara ini kurang menghadirkan nuansa kebersamaan seperti tabuhan alat tradisional yang dilakukan beramai-ramai.
Tak sedikit pula yang mengkhawatirkan bahwa jika dibiarkan terus menghilang, generasi mendatang mungkin tidak akan lagi mengenal tradisi bangunkan sahur yang pernah begitu lekat dalam budaya masyarakat Pagaralam.
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, bangunkan sahur tetap menjadi bagian dari kearifan lokal yang mewarnai bulan Ramadan di Pagar Alam.
Meskipun mengalami perubahan, semangat kebersamaan dan kepedulian untuk saling mengingatkan dalam menjalankan ibadah puasa di bulan suci ini masih terus hidup di tengah masyarakat.