Pada awal abad ke-20, Belanda mulai melakukan ekspedisi ke wilayah Papua, dan Suku Asmat menjadi salah satu suku yang pertama kali berinteraksi dengan penjajah tersebut.
BACA JUGA:Mungkinkah Suku Mandar Akan Terlupakan? Temukan Sejarah Menariknya!
Meskipun awalnya interaksi ini sering kali berupa konflik, lama kelamaan, terjadi pertukaran budaya, termasuk dalam bentuk misi keagamaan yang diperkenalkan oleh para misionaris.
Agama Kristen Katolik menjadi agama mayoritas di kalangan Suku Asmat, yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan mereka, termasuk dalam perayaan dan struktur sosial.
Seiring berjalannya waktu, pengaruh dunia luar semakin besar, terutama dengan adanya kontak dengan dunia global.
Perubahan terbesar yang dialami Suku Asmat adalah dalam hal teknologi.
BACA JUGA:Mengapa Situs Bersejarah Suku Tolaki Begitu Menarik? Temukan Keunikannya!
Teknologi modern, seperti alat-alat berbahan logam dan mesin, menggantikan banyak peralatan tradisional mereka.
Misalnya, kapal motor menggantikan perahu kayu tradisional mereka, dan alat berburu modern menggantikan senjata tradisional seperti panah dan tombak.
Dampak Positif dan Negatif
Pengenalan teknologi dan pendidikan ke wilayah Suku Asmat telah memberikan dampak positif dalam beberapa aspek kehidupan mereka.
Peningkatan akses pendidikan memungkinkan generasi muda Asmat untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas, serta memberikan mereka peluang untuk memperbaiki taraf hidup mereka.
Di sisi lain, pengaruh globalisasi juga membawa tantangan besar bagi Suku Asmat.
Kebudayaan asli mereka yang kaya akan tradisi mulai terancam oleh budaya luar yang masuk, seperti gaya hidup konsumtif dan perubahan dalam pola pikir generasi muda.
Masyarakat Asmat kini menghadapi dilema antara mempertahankan tradisi yang telah ada selama berabad-abad atau beradaptasi dengan tuntutan dunia modern.