Bagaimana Sastra Tutur Lisan Sebarkan Islam di Tanah Besemah? Ini Sejarahnya!

Kamis 09-01-2025,19:09 WIB
Reporter : Devi
Editor : Jukik

Contohnya, kisah-kisah nabi dan ajaran moral sering disisipkan dalam cerita rakyat Besemah.

BACA JUGA:Mengungkap Jejak Sejarah di Tanjung Pinang: Rumah Kapiten Phang Tjong Toen yang Bersejarah

Cerita-cerita ini disampaikan dengan gaya bahasa yang indah dan penuh hikmah, sehingga mampu menarik perhatian masyarakat, terutama anak-anak dan generasi muda.

Dengan cara ini, Islam menjadi lebih mudah diterima tanpa menghilangkan akar budaya lokal.

Peran Penghulu dan Pemuka Adat

Penyebaran Islam di Tanah Besemah juga mendapat dukungan dari para penghulu adat dan pemuka masyarakat.

Mereka berperan sebagai jembatan antara ulama dan masyarakat.

BACA JUGA:Menyelami Sejarah Tanjung Pinang: Kisah Rumah Kapiten Phang Tjong Toen

Melalui sastra lisan, para pemimpin adat ini membantu menyebarkan ajaran Islam sambil menjaga nilai-nilai tradisional Besemah yang sejalan dengan ajaran agama.

Selain itu, tradisi "begundang" atau berkumpul sambil mendengarkan cerita menjadi salah satu momen penting dalam penyebaran Islam.

Dalam acara seperti ini, cerita-cerita bernafaskan Islam disampaikan dengan cara yang menarik dan interaktif.

Pengaruh Sastra Tutur Lisan dalam Kehidupan Sosial

Sastra tutur lisan tidak hanya menjadi alat dakwah, tetapi juga membentuk pola pikir dan nilai sosial masyarakat Besemah.

BACA JUGA:Mengungkap Legenda Gunung Singgalang: Sejarah dan Keistimewaannya di Sumatera Barat

Misalnya, norma tentang pentingnya tolong-menolong dan menjaga keharmonisan sosial sering disampaikan melalui syair dan pantun.

Dengan demikian, ajaran Islam tidak hanya menjadi sebuah ritual, tetapi juga membentuk identitas sosial masyarakat.

Kategori :