Pada masa lampau, Sumatera Selatan merupakan bagian dari wilayah Sriwijaya, kerajaan maritim yang memiliki hubungan erat dengan India dan budaya Hindu-Buddha.
BACA JUGA:Mengungkap Jejak Sejarah di Tanjung Pinang: Rumah Kapiten Phang Tjong Toen yang Bersejarah
Beberapa istilah, simbol, dan praktik dalam masyarakat Komering hingga kini menunjukkan jejak-jejak pengaruh tersebut.
Misalnya, dalam tradisi adat, beberapa ritual yang dilakukan masyarakat Komering mengandung elemen-elemen yang mirip dengan upacara Hindu, seperti penghormatan kepada leluhur dan penggunaan sesaji dalam perayaan tertentu.
Selain itu, nama-nama tempat dan istilah lokal seperti "Komering" mungkin memiliki keterkaitan linguistik dengan bahasa Sanskerta, meskipun interpretasinya masih memerlukan kajian lebih mendalam.
Struktur Sosial dan Tradisi
Suku Komering memiliki struktur sosial yang berakar kuat pada nilai-nilai adat dan kekerabatan.
BACA JUGA:Menyelami Sejarah Tanjung Pinang: Kisah Rumah Kapiten Phang Tjong Toen
Sistem kekerabatan mereka cenderung bersifat patrilineal, di mana garis keturunan ditarik dari pihak ayah.
Hubungan keluarga besar menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat, dengan rumah-rumah panggung tradisional sebagai simbol kebersamaan.
Bahasa Komering, yang termasuk dalam rumpun bahasa Lampung, memiliki variasi dialek yang kaya.
Bahasa ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam upacara adat, sehingga menjadi bagian penting dalam melestarikan identitas budaya mereka.
BACA JUGA:Mengungkap Legenda Gunung Singgalang: Sejarah dan Keistimewaannya di Sumatera Barat
Warisan Budaya yang Terjaga
Hingga kini, Suku Komering terus melestarikan tradisi dan nilai-nilai budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Tari-tarian tradisional, seni ukir, dan kerajinan tangan khas Komering menjadi bukti keberlanjutan warisan budaya mereka.