Upacara ini biasanya dilakukan pada malam hari dengan menggunakan benda-benda seperti kemenyan, kain hitam, atau sesajen tertentu.
Pelaku ilmu hitam juga dipercaya memiliki ciri-ciri khusus, seperti sikap tertutup, sering mengisolasi diri, atau memiliki kebiasaan aneh yang sulit dijelaskan.
Perspektif Masyarakat dan Agama
Meskipun cerita tentang ilmu hitam masih hidup di Palembang, sebagian besar masyarakat modern menganggapnya sebagai bagian dari mitos atau tradisi kuno.
Namun, tidak sedikit juga yang percaya dan bahkan merasa takut akan kekuatan ilmu hitam.
Dalam konteks agama Islam yang menjadi mayoritas di Palembang, praktik ilmu hitam dianggap dosa besar karena melibatkan bantuan jin atau makhluk gaib yang bertentangan dengan ajaran tauhid.
Para tokoh agama dan adat di Palembang sering mengingatkan masyarakat untuk menjauhi ilmu hitam.
Mereka menganjurkan pendekatan spiritual, seperti doa, dzikir, dan pengamalan ajaran agama, untuk melindungi diri dari kejahatan gaib.
Ilmu hitam di Palembang merupakan bagian dari cerita mistis yang diwariskan secara turun-temurun.
Meskipun banyak masyarakat yang menganggapnya sebagai mitos, kisah tentang santet, teluh, dan pesugihan masih menjadi bagian dari kehidupan sosial.
Sebagai generasi modern, penting untuk menghormati tradisi dan sejarah budaya ini, tetapi tetap menjaga pandangan kritis agar tidak terjebak dalam praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan agama.