Jumputan Palembang: Menelusuri Asal Usul, Filosofi, dan Pelestarian Tradisi

Jumat 20-12-2024,09:55 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Kain jumputan adalah salah satu warisan budaya khas Kota Palembang yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang mendalam.

Kerajinan ini telah menjadi bagian integral dari identitas budaya daerah tersebut dan melampaui sekadar kerajinan tekstil biasa berkat makna dan proses pembuatannya yang kaya.

Sejarah Kain Jumputan

Kain jumputan, yang sering disebut juga kain pelangi, memiliki sejarah yang panjang dan terkait erat dengan jalur perdagangan kuno.

Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, wilayah Sumatera, termasuk Palembang, menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan berbagai negara, termasuk Tiongkok.

BACA JUGA:Mau Tau Sejarah Kramat Gunung Semeru. Ini Ulasan Lengkapnya

BACA JUGA:Menelusuri Gunung Prau: 6 Fakta Sejarah dan Alam yang Memukau

Pada abad ke-7 dan ke-8, kebudayaan Tiongkok memberikan pengaruh besar, termasuk dalam teknik pembuatan kain sutra dan benang sutra yang kemudian menginspirasi teknik kain jumputan.

Teknik pembuatan kain jumputan dikenal dengan nama "tie and dye", yang awalnya berasal dari budaya Tiongkok dan India.

Di Jawa, kain ini dikenal dengan sebutan kain sinde, yang sering digunakan dalam berbagai upacara adat sebagai kain selempang.

BACA JUGA:Sejarah Perjuangan Bangsa. Dibalik Kemegahan Monumen Pancasila Sakti Ternyata Ada Kisah Tragis Ini

BACA JUGA:Monumen Pancasila Sakti: Jejak Sejarah Perjuangan Bangsa dalam Menghargai Ideologi Negara

Ketika pengaruh budaya Jawa masuk ke Palembang pada abad ke-16, teknik ini berkembang dan menyatu dengan kebudayaan lokal, menghasilkan kain jumputan yang khas.

Proses Pembuatan Kain Jumputan

Pembuatan kain jumputan melibatkan beberapa teknik, seperti tie and dye, sritch and dye, rincek, dan tritik.

Kategori :