Misalnya, bloodletting dipercaya dapat mengurangi "kelebihan darah" yang dianggap sebagai penyebab penyakit.
Namun tidak ada bukti medis yang mendukung bahwa mengeluarkan darah dapat mengatasi kondisi ini secara efektif.
BACA JUGA:Sup Kolagen Ceker Ayam, Hidangan Sehat untuk Menjaga Kesehatan Tulang dan Sendi
Pada abad ke-18 dan ke-19, praktik ini semakin berkembang, bahkan sering kali dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi pasien dengan cermat.
Dalam banyak kasus, pengeluaran darah justru memperburuk kondisi pasien.
Banyak orang yang meninggal dunia karena kehilangan darah yang terlalu banyak, dan praktik ini secara perlahan mulai ditinggalkan dengan munculnya metode pengobatan yang lebih modern.
Fakta Tentang Bloodletting
Seiring berjalannya waktu, para ilmuwan dan dokter mulai meragukan efektivitas bloodletting.
BACA JUGA:Kapan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan 2025 Terjadi?! Temukan Jawabannya!
Penelitian medis modern menunjukkan bahwa bloodletting tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat dalam pengobatan penyakit.
Dalam beberapa kondisi, seperti infeksi atau anemia, pengeluaran darah justru dapat berbahaya.
Sebaliknya, pengobatan yang lebih terfokus, seperti penggunaan antibiotik, transfusi darah, dan terapi lainnya, terbukti jauh lebih efektif dalam menyembuhkan berbagai penyakit.
Namun, ada beberapa kondisi medis tertentu di mana darah dapat dikeluarkan dengan cara yang lebih terkontrol, seperti dalam terapi untuk penyakit darah tertentu (contohnya hemochromatosis atau polisitemia vera).
BACA JUGA:Kenapa Kesehatan Mental Itu Penting? Ini 5 Cara Mudah Menghadapinya!
Meskipun demikian, ini dilakukan di bawah pengawasan medis yang ketat, dan tidak ada bukti bahwa bloodletting tradisional memiliki manfaat yang sama.
Bloodletting adalah praktik pengobatan kuno yang memiliki sejarah panjang, namun kini kita tahu bahwa efektivitasnya sangat terbatas dan bahkan bisa berbahaya.