Masyarakat Sangir umumnya menganut sistem monogami, di mana seorang pria hanya diperbolehkan memiliki satu istri.
Dalam beberapa kasus, jika seorang pria ingin menikah lagi, harus ada alasan yang kuat dan mendapat persetujuan dari masyarakat adat.
Ini menjadikan Suku Sangir berbeda dengan beberapa suku di Indonesia yang menganut poligami.
Keunikan Upacara Adat Suku Sangir memiliki berbagai upacara adat yang dilaksanakan dalam kehidupan mereka, terutama dalam rangka merayakan panen atau peristiwa penting lainnya.
BACA JUGA:Kenapa Suku Jawa Ada di Mana-Mana? Cari Tahu Sejarahnya!
Salah satu upacara yang paling menarik adalah "Kappal," sebuah upacara untuk menghormati leluhur dan memohon keselamatan bagi masyarakat.
Upacara ini melibatkan tarian tradisional, musik, dan persembahan kepada roh nenek moyang, yang menunjukkan betapa kuatnya hubungan spiritual masyarakat Sangir dengan alam dan leluhur mereka.
Sistem Kepercayaan Animisme dan Kekristenan Suku Sangir awalnya menganut kepercayaan animisme yang kuat, yang menyembah roh-roh alam dan leluhur mereka.
Namun, pada abad ke-19, agama Kristen mulai masuk ke daerah ini melalui misionaris Eropa.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Suku Batak: Menelusuri Budaya, Tradisi, dan Fakta Menarik di Baliknya
Sekarang, sebagian besar masyarakat Sangir memeluk agama Kristen, meskipun masih ada elemen-elemen animisme yang tetap dipertahankan dalam praktik keagamaan mereka.
Perpaduan ini menciptakan sistem kepercayaan yang unik, di mana aspek spiritual dan agama saling berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Keahlian dalam Menenun Kain Masyarakat Sangir juga dikenal dengan keterampilan mereka dalam menenun kain tradisional yang disebut "tenun Sangir."
Kain tenun ini sering digunakan dalam upacara adat atau sebagai pakaian sehari-hari.
BACA JUGA:Jejak Sejarah Islam di Pagar Alam: Dari Puyang Awak Hingga Masjid Perdipe
Proses pembuatan kain tenun ini sangat rumit dan memerlukan ketelitian, serta diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.