Penggunaan warna-warna cerah yang muncul dari teknik jumputan mengingatkan pada pola tekstil tradisional yang penuh makna dan keindahan.
Proses Pembuatan Kain Jumputan
Proses pembuatan kain jumputan dimulai dengan memilih kain sutera putih yang kemudian dipotong dan diberi pola menggunakan pensil.
BACA JUGA:Penasaran dengan Sejarah Candi Sambu? Temukan Jawabannya di Sini!
BACA JUGA:Berani Berkunjung?! Inilah Bangunan Peninggalan Sejarah Paling Mistis di Indonesia!
Selanjutnya, bagian-bagian kain dijelujur menggunakan tali rafia dan ditarik erat-erat. Setelah itu, kain tersebut dicelupkan dalam larutan pewarna dengan teknik yang dikenal sebagai tie and dye.
Proses pewarnaan ini dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan warna merata dan pola yang terbentuk terlihat jelas.
Setelah kain dicelup dan dijemur hingga kering, bagian-bagian yang terikat akan dibuka dan motif yang terbentuk akan terlihat.
Beberapa motif populer yang ditemukan pada kain jumputan termasuk kembang janur, bintik lima, dan motif mawar double.
BACA JUGA:7 Peninggalan Kerajaan Kutai yang Membawa Jejak Sejarah Nusantara
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Kerajaan Kutai: Inilah 7 Peninggalan Berharga yang Perlu Anda Ketahui!
Pelestarian Kain Jumputan
Pemerintah, bersama dengan masyarakat dan pengrajin, telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan kain jumputan sebagai bagian dari budaya takbenda Indonesia.
Melalui berbagai pameran dan kegiatan edukasi, kesadaran tentang pentingnya pelestarian seni tradisional ini terus ditingkatkan.
Selain itu, pemasaran dan promosi kain jumputan juga dilakukan agar lebih dikenal di kalangan masyarakat luas.
Dengan berbagai teknik dan warna yang menakjubkan, kain jumputan Palembang bukan hanya sekedar kain, melainkan simbol kebudayaan yang terus dilestarikan dan dihargai hingga saat ini.