Mereka berperan sebagai penasihat raja dan penguasa daerah, serta berkontribusi dalam pengambilan keputusan penting yang berkaitan dengan pemerintahan.
Kehidupan mereka dikelilingi oleh tradisi, seni, dan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat pada masa itu.
Setelah runtuhnya kerajaan Majapahit pada akhir abad ke-15, banyak bangunan dan situs bersejarah di Trowulan mengalami kerusakan dan terlupakan.
Namun, pada abad ke-20, seiring dengan minat yang meningkat terhadap sejarah dan arkeologi, Trowulan mulai mendapatkan perhatian kembali.
BACA JUGA:Wisata Kuliner dan Sejarah di Jalan Surya Kencana, Pusat Pecinan Kota Bogo
Pemerintah dan para arkeolog melakukan berbagai upaya untuk menggali dan melestarikan situs-situs bersejarah di wilayah ini.
Kini, Pinggiran Trowulan menjadi salah satu tujuan wisata sejarah yang menarik.
Wisatawan dapat mengunjungi berbagai situs bersejarah, seperti Candi Wringin Lawang dan Situs Candi Tikus.
Selain itu, keberadaan museum Majapahit yang menyimpan koleksi artefak dari masa kejayaan Majapahit semakin menambah daya tarik wisata sejarah di Trowulan.
BACA JUGA:Menjelajahi Keindahan Alam dan Warisan Sejarah: Destinasi Wisata Terbaik di Vietnam
Keberadaan Kampung Para Bangsawan Majapahit di Pinggiran Trowulan menjadi saksi bisu dari peradaban yang pernah berjaya.
Masyarakat setempat kini berusaha untuk melestarikan warisan budaya ini, sehingga generasi mendatang dapat mengenal dan menghargai sejarah yang kaya akan nilai-nilai budaya dan kebangsaan.
Pinggiran Trowulan tidak hanya merupakan tempat bersejarah, tetapi juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Indonesia akan warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan.