Pada saat yang sama, Gajah Mada juga menghadapi ancaman dari pasukan asing yang ingin merebut kekuasaan.
Suatu ketika, ketika Majapahit terkepung oleh musuh, Gajah Mada memutuskan untuk bertindak.
Dalam situasi genting ini, ia memimpin pasukan Majapahit untuk menghadapi musuh dengan strategi yang cermat.
Meskipun semangat juangnya tinggi, kekuatan musuh yang jauh lebih besar membuat situasi semakin sulit.
BACA JUGA:Menapak Jejak Sejarah: Pintu Gerbang Majapahit Kuno yang Penuh Misteri dan Keindahan
Dalam pertempuran yang sengit, pasukan Majapahit menghadapi kekalahan yang menyedihkan.
Ketika keadaan semakin kritis, Gajah Mada merasakan bahwa jalan untuk menyelamatkan Majapahit telah tertutup.
Dalam kondisi terdesak dan terjebak, ia mengambil keputusan untuk melakukan moksa, yaitu mengakhiri hidupnya dengan cara spiritual.
Moksa adalah suatu praktik yang diyakini dapat mengantarkan jiwa seseorang menuju penyatuan dengan yang Maha Esa.
BACA JUGA:Menapak Jejak Sejarah: Pintu Gerbang Majapahit Kuno yang Penuh Misteri dan Keindahan
Dalam pandangan Gajah Mada, moksa bukanlah tanda kekalahan, tetapi sebuah pengorbanan demi keselamatan rakyat dan negaranya.
Keputusan Gajah Mada untuk moksa menjadi simbol pengabdian tertinggi seorang pemimpin kepada bangsanya.
Dalam pelaksanaan moksa-nya, ia tidak hanya meninggalkan sebuah warisan kepemimpinan, tetapi juga pelajaran penting tentang cinta tanah air dan tanggung jawab seorang pemimpin.
Walaupun Gajah Mada telah tiada, namanya tetap diabadikan dalam sejarah Indonesia sebagai salah satu tokoh yang berani berjuang demi kemajuan bangsa.
BACA JUGA:Jejak Kerajaan Medang Kamulan: Misteri dan Sejarah yang Terpendam di Tanah Jawa
Kisah akhir hayat Mahapatih Gajah Mada tidak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi penerus.