PAGARALAMPOS.COM - Keberagaman suku di Bangka Belitung memiliki daya tarik tersendiri, mengingat letaknya yang strategis di perairan Selat Malaka.
Wilayah ini sudah lama menjadi tempat pertemuan budaya dari beragam suku dan etnis, seperti Melayu, Cina, Bugis, Jawa, hingga Arab.
Sejarah keberagaman suku di Bangka Belitung berawal dari faktor perdagangan dan kolonialisme yang mendorong mobilitas masyarakat dari berbagai daerah dan negara.
Kolonial Belanda yang pernah berkuasa di Bangka Belitung juga turut menarik para pekerja dari luar, memperkaya etnis dan budaya di wilayah ini.
BACA JUGA: Keberagaman Suku Asmat: Dari Sejarah hingga Rumah Adat yang Unik
Sejarah dan Asal Usul Suku di Bangka Belitung
Secara historis, Bangka Belitung telah menjadi pelabuhan penting di jalur perdagangan internasional sejak zaman kerajaan Sriwijaya.
Kedatangan suku Melayu ke wilayah ini merupakan yang paling awal, hingga kini Melayu dianggap sebagai suku utama yang mencerminkan identitas budaya Bangka Belitung.
Suku Melayu di sini bahkan memiliki dialek lokal khas yang berbeda dari Melayu Sumatera dan Malaysia.
Pada abad ke-18, saat tambang timah mulai dikelola secara besar-besaran, banyak pekerja Cina didatangkan oleh Belanda untuk bekerja di pertambangan.
BACA JUGA: Jejak Sejarah dan Pantangan di Gunung Talang: Menelusuri Kearifan Lokal di Tengah Keindahan Alam
Suku Cina ini, terutama dari etnis Hakka, kini menjadi salah satu bagian penting dari masyarakat Bangka Belitung, bahkan budaya dan arsitektur mereka masih tampak jelas di berbagai kota.
Selain itu, berbagai tradisi mereka, seperti Festival Cap Go Meh dan perayaan Imlek, juga ikut menyatu dalam kalender budaya daerah.
Tak hanya Melayu dan Cina, suku Jawa juga banyak yang bermigrasi ke Bangka Belitung pada masa kolonial dan sesudahnya.
Mereka umumnya datang untuk bekerja di sektor perkebunan dan pertanian. Selain Jawa, terdapat juga suku Bugis dan Madura yang tinggal di pesisir, sebagian besar terlibat dalam sektor perikanan dan perdagangan.