Lokasi masjid ini dipilih di sekitar area Istana Maimun, istana Kesultanan Deli, untuk memperlihatkan hubungan yang erat antara masjid dan kerajaan.
BACA JUGA:Menggali Sejarah Keraton Kuto Lamo di Palembang: Pusat Pemerintahan dan Budaya
Posisinya yang strategis membuat masjid ini mudah diakses oleh masyarakat umum serta menunjukkan kedekatan fisik dan simbolis antara kekuasaan kesultanan dan agama Islam.
Arsitektur Megah yang Dipengaruhi Gaya Internasional
Salah satu daya tarik utama dari Masjid Al Mahsun adalah keindahan arsitekturnya yang megah.
Masjid ini dirancang oleh arsitek asal Belanda, dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India, dan Spanyol yang menghasilkan tampilan yang unik dan menawan.
Bangunan masjid berbentuk segi delapan dengan kubah besar di tengahnya serta empat kubah kecil di setiap sudut bangunan, yang melambangkan keagungan dan kesakralan.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Masjid Agung Palembang: Tempat Ibadah yang Bersejarah
Salah satu fitur paling mencolok adalah kubah utama yang berbentuk seperti bawang besar, yang dipengaruhi oleh arsitektur Moghul dari India.
Selain itu, di dalam masjid terdapat pilar-pilar besar yang menopang bangunan, dengan ornamen kaligrafi dan dekorasi khas Islam yang indah.
Jendela kaca patri dengan desain geometris yang rumit semakin mempercantik interior masjid, menciptakan suasana yang damai dan khidmat bagi para jamaah yang beribadah di sana.
Material Berkualitas Tinggi dari Berbagai Negara
Keistimewaan Masjid Al Mahsun juga terletak pada material berkualitas tinggi yang digunakan dalam pembangunannya.
BACA JUGA:Menguak Sejarah Kerkhof Pangkalpinang, Pemakaman Kolonial di Jantung Bangka
Sebagian besar bahan bangunan masjid ini didatangkan dari luar negeri. Marmer untuk lantai dan dinding diimpor dari Italia, kaca patri berasal dari Tiongkok, sedangkan lampu gantung dan ornamen besi diimpor dari Perancis.
Penggunaan bahan-bahan berkualitas ini tidak hanya menambah keindahan masjid, tetapi juga menunjukkan kekayaan Kesultanan Deli pada masa itu.