Namun, ia tidak mampu melawan kekuatan besar Mataram. Melihat bahwa kekuatannya tidak cukup, Pangeran Benawa akhirnya menyerahkan kekuasaan Pajang kepada Sutawijaya.
BACA JUGA:Kedatuan Luwu: Dari Kejayaan Sejarah hingga Tradisi yang Hidup
Pada titik ini, Kerajaan Pajang secara de facto sudah berakhir dan wilayahnya sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram.
Penyerahan kekuasaan ini menandai berakhirnya Kerajaan Pajang pada akhir abad ke-16, sekitar tahun 1586.
Meskipun usianya relatif singkat, Kerajaan Pajang memainkan peran penting dalam sejarah transisi dari Kesultanan Demak ke Kesultanan Mataram, yang kemudian menjadi salah satu kerajaan terkuat di Jawa pada masa selanjutnya.
Warisan Kerajaan Pajang
Warisan Kerajaan Pajang masih bisa dirasakan dalam perkembangan sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.
BACA JUGA:Menggali Sejarah Kesultanan Langkat: Dari Kekuatan Politik hingga Warisan Budaya
Meskipun kekuasaannya berakhir dengan cepat, Pajang berhasil menjembatani kekosongan kekuasaan antara runtuhnya Demak dan kebangkitan Mataram.
Pendirinya, Sultan Hadiwijaya, dihormati sebagai tokoh yang berhasil memimpin dengan bijaksana di tengah gejolak politik Jawa saat itu.
Selain itu, wilayah Pajang yang dulunya menjadi pusat kekuasaan kerajaan ini kini menjadi bagian dari Surakarta.
Jejak sejarah Kerajaan Pajang, meskipun tidak selalu mudah ditemukan secara fisik, tetap hidup dalam cerita dan tradisi masyarakat Jawa.
BACA JUGA:Menguak Rahasia Kerajaan Kutai: Sejarah, Kebudayaan, dan Pengaruhnya di Nusantara
Kerajaan Pajang merupakan salah satu kerajaan penting dalam sejarah Jawa dan sejarah Islam di Indonesia.
Meskipun hanya berlangsung selama kurang lebih dua dekade, Pajang memainkan peran kunci dalam masa transisi kekuasaan antara Demak dan Mataram.
Melalui kepemimpinan Sultan Hadiwijaya, Pajang berhasil menciptakan stabilitas, namun setelah kematiannya, kerajaan ini tidak mampu bertahan lama di tengah kemunculan kekuatan baru seperti Mataram.