Sebagai raja pertama Pajang, Sultan Hadiwijaya berhasil memperluas pengaruh kerajaannya.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Kerajaan Medang: Pusat Peradaban Hindu-Buddha di JawaKerajaan Pajang berada di bawah kepemimpinan yang stabil dan kuat, serta memiliki hubungan yang baik dengan wilayah-wilayah tetangga seperti Mataram dan Panarukan.
Pajang mengendalikan jalur perdagangan penting di Jawa, terutama karena lokasinya yang strategis di tengah Pulau Jawa.
Selain itu, Hadiwijaya juga dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan cerdas dalam menghadapi berbagai tantangan.
Salah satu kebijakan penting yang diambilnya adalah menjaga perdamaian dan kestabilan di antara kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Jawa, termasuk dengan Mataram yang saat itu dipimpin oleh Ki Ageng Pemanahan, salah satu sekutunya.
BACA JUGA:Menggali Sejarah Kadipaten Mangkunagaran: Dari Pangeran Sambernyawa hingga Warisan Budaya
Konflik Internal dan Kebangkitan Mataram
Namun, setelah wafatnya Sultan Hadiwijaya pada tahun 1582, Kerajaan Pajang mulai mengalami kemunduran.
Kekuasaan Pajang diteruskan oleh putranya, Pangeran Benawa. Sayangnya, Pangeran Benawa tidak mampu menjaga stabilitas kerajaan seperti yang dilakukan ayahnya.
Situasi politik Pajang melemah karena berbagai konflik internal, terutama karena ambisi Arya Pangiri, saudara tiri Hadiwijaya, yang berusaha merebut kekuasaan.
Arya Pangiri yang sempat berkuasa di Pajang tidak memiliki dukungan kuat dari rakyat maupun elite kerajaan.
BACA JUGA:Mengenal Kadipaten Mangkunagaran: Sejarah, Kesenian, dan Identitas Budaya
Dalam kondisi ini, muncul kekuatan baru dari Mataram di bawah kepemimpinan Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan.
Sutawijaya, yang dikenal sebagai pendiri Kesultanan Mataram, berhasil mengalahkan Arya Pangiri dan mengambil alih kekuasaan Pajang.
Keruntuhan Kerajaan Pajang
Setelah kekalahan Arya Pangiri, Pangeran Benawa mencoba mengambil kembali kekuasaan di Pajang.