Dalam masa pemerintahannya, ia memperkenalkan sistem pertanian dan perkebunan yang menghasilkan komoditas bernilai tinggi seperti lada, tembakau, dan kopi.
BACA JUGA:Mengenal Kesultanan Bima: Peranannya dalam Sejarah dan Budaya Indonesia Timur
Selain itu, Sultan Ali Mughayat Syah juga memodernisasi Kesultanan Deli dengan membangun infrastruktur penting, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya.
Ia juga mendirikan istana megah yang dikenal sebagai Istana Maimun, yang hingga kini menjadi salah satu ikon sejarah dan wisata di Medan.
Istana ini merupakan simbol kemegahan Kesultanan Deli dan menunjukkan betapa majunya kebudayaan dan arsitektur pada masa itu.
Hubungan dengan Belanda dan Pembentukan Medan
Selama masa penjajahan Belanda, Kesultanan Deli berada di bawah pengaruh kuat dari pemerintah kolonial.
BACA JUGA:Kesultanan Berau: Sejarah, Kemakmuran, dan Warisan Budaya di Kalimantan Timur
Meskipun demikian, Kesultanan Deli tetap mempertahankan kedaulatannya dalam beberapa aspek.
Pada tahun 1901, Kesultanan Deli secara resmi menjadi bagian dari Hindia Belanda dan Sultan Deli diakui sebagai penguasa lokal yang diatur oleh pemerintah kolonial.
Pada masa ini, Kota Medan, yang sebelumnya merupakan kawasan terpencil, berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan ekonomi.
Medan, yang berada di bawah pengaruh Kesultanan Deli, menjadi kota terbesar dan terpenting di wilayah Sumatera Utara.
BACA JUGA:Kerajaan Bedahulu: Peradaban yang Membentuk Lampung dan Sejarah Sumatra
Perkembangan ini tidak terlepas dari kontribusi Sultan Deli yang bijaksana dalam mengatur jalannya ekonomi dan perdagangan, serta upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Penurunan Kesultanan Deli
Setelah masa kejayaannya, Kesultanan Deli mulai mengalami penurunan, terutama setelah kemerdekaan Indonesia.