PAGARALAMPOS.COM - Perang Bubat adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Nusantara yang melibatkan konflik antara Kerajaan Sunda dan Majapahit, yang tetap menarik perhatian para sejarawan.
Konflik ini menggambarkan dinamika kekuasaan pada masa itu serta menyimpan banyak misteri yang hingga kini masih diperdebatkan.
Peperangan ini terjadi di dekat ibu kota Majapahit, didorong oleh ambisi Gajah Mada yang saat itu menjabat sebagai Mahapatih.
Awalnya, Gajah Mada merencanakan pernikahan antara raja Sunda dan putri Majapahit, namun peristiwa di Bubat berubah menjadi konflik.
Dalam kajian sejarah, lokasi Bubat menarik perhatian. Berdasarkan sumber-sumber seperti Kakawin Nagarakretagama dan Kidung Sunda, Bubat berada di wilayah kekuasaan Majapahit.
BACA JUGA:Menyingkap Asal Usul Nama Gunung Genuk dan Kisah Mistisnya
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah dan Misteri Gunung Parahu: Antara Mitos dan Fenomena Alam
Diperkirakan, Bubat adalah padang rumput atau pelabuhan sungai yang menghubungkan dengan ibu kota. Sejarawan seperti Nigel Bullough dan Hadi Sidomulya menduga lokasi Bubat berada di selatan Kali Brantas atau di Desa Tempuran, sekitar 10 kilometer di utara Majapahit.
Sumber lain menempatkan Bubat di sekitar Desa Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Tempat ini tidak hanya digunakan untuk pengaturan pasukan, tetapi juga sebagai lokasi upacara Sradah, yang menambah nilai historis Bubat.
Dalam perjalanan Bujangga Manik, Bubat menjadi salah satu petunjuk yang dilalui setelah melewati empat daerah dari Kali Brantas. Wilayah-wilayah yang dilalui Bujangga Manik mencakup Darma Anar, Karang Kajraman, dan Karang Jaka.
Salah satu wilayah yang dapat diidentifikasi adalah Palintahan, atau Plintahan, di tenggara Gunung Pananggungan. Perjalanan ini menunjukkan betapa luasnya wilayah Bubat dan sekitarnya yang menjadi pusat aktivitas masyarakat.
BACA JUGA:Sejarah dan Misteri Gunung Muria: Antara Legenda dan Kepercayaan Gaib
BACA JUGA:Lebih dari Sekadar Destinasi Healing: Menelusuri Peninggalan Makam Para Wali di Gunung Bromo
Bujangga Manik juga melintasi Gunung Brahma (Bromo) sebelum mencapai Gunung Kawi, menandakan hubungan erat antara geografi dan sejarah Perang Bubat.
Setelah melalui Gunung Kawi, perjalanan dilanjutkan ke Gunung Kampud (Gunung Kelud), mengindikasikan bahwa Bubat mungkin merupakan dataran rendah yang luas dan strategis bagi Kerajaan Majapahit.