Dalam sebuah kisah, Ki Ageng Pemanahan sempat berkunjung ke sahabatnya, Ki Ageng Giring, dan secara tidak sengaja meminum air dari kelapa muda bertuah yang seharusnya membuatnya dapat menurunkan raja-raja Jawa.
BACA JUGA:Pegunungan Kapur Utara: Menyingkap Sejarah dan Misteri yang Tersembunyi
Ki Ageng Giring akhirnya merelakan takdir bahwa Ki Ageng Pemanahan adalah yang dipilih Tuhan untuk menguasai tanah Jawa.
Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, Sutawijaya menggantikannya sebagai pemimpin, sementara Ki Juru Martani menjadi penasihatnya.
Selama masa pemerintahannya, Ki Juru Martani berperan aktif dalam membangun kekuatan pasukan Mataram.
Ia terkenal berkat perannya dalam perang melawan Pajang, di mana ia bertapa di Gunung Merapi dan memohon bantuan dari penguasa alam gaib.
BACA JUGA:Penemuan Luar Biasa: Arkeolog Ungkap Peradaban Kuno yang Hilang di Arab Saudi, Berusia 2 Milenium
Peristiwa luar biasa terjadi saat Gunung Merapi meletus pada tahun 1582, membantu Mataram mengalahkan pasukan Pajang.
Ki Juru Martani juga dikenal sebagai guru Raden Rangga, yang terkenal akan kesaktiannya. Ia menjabat sebagai patih Kesultanan Mataram dari tahun 1586 hingga 1601.
Setelahnya, ia melanjutkan peran ini dalam pemerintahan Mas Jolang, putra Sutawijaya, hingga tahun 1613, sebelum digantikan oleh Adipati Martapura, yang memerintah hanya satu hari, dan kemudian oleh Sultan Agung, putra Mas Jolang lainnya.
Ki Juru Martani, yang dikenal juga sebagai Adipati Mandaraka, meninggal dunia pada tahun 1615, dan kedudukannya sebagai patih digantikan oleh Tumenggung Singaranu. Ki Penjawi tetap diangkat sebagai Adipati di Pati, tidak dikenakan pajak hingga akhir hayatnya.