Kawah Putih memiliki warna air yang unik, mulai dari putih kehijauan hingga kebiruan, tergantung pada konsentrasi belerang di dalamnya.
BACA JUGA:Legenda dan Realita: Sejarah Nama Gunung Kunyit di Provinsi Jambi
Pemandangan kawah ini sangat indah dan memikat banyak wisatawan, namun di balik keindahannya, tersimpan mitos yang telah lama mengakar di masyarakat.
Konon, pada zaman dahulu, masyarakat setempat percaya bahwa Kawah Putih adalah tempat angker yang tidak boleh dikunjungi.
Kabut tebal yang sering menyelimuti kawasan ini dianggap sebagai tanda kehadiran makhluk gaib.
Menurut cerita, burung-burung yang terbang melewati kawah akan mati mendadak, sehingga warga menghindari kawasan ini.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Gunung Hulu Nilo: Dari Asal Usul Hingga Kepercayaan Lokal
Mitos tersebut membuat Kawah Putih tidak banyak dikunjungi orang hingga seorang ahli botani asal Belanda, Franz Wilhelm Junghuhn, melakukan ekspedisi pada abad ke-19.
Junghuhn, yang penasaran dengan cerita mistis tersebut, melakukan penelitian di Kawah Putih.
Ia menemukan bahwa bau belerang yang kuat di area tersebut adalah penyebab mengapa burung-burung tidak dapat bertahan hidup di sekitar kawah, bukan karena adanya kekuatan gaib.
Penemuannya membuka mata dunia terhadap potensi keindahan alam di Gunung Patuha dan Kawah Putih.
BACA JUGA:Gunung Tujuh: Sejarah Nama dari Tujuh Puncak dan Mitos yang Menyertainya
Sejak saat itu, Kawah Putih mulai dikenal sebagai destinasi wisata, meskipun cerita mistisnya masih tetap hidup di kalangan masyarakat.
Pengaruh Mistis dalam Budaya Lokal
Hingga kini, mitos tentang Gunung Patuha dan Kawah Putih masih menjadi bagian dari budaya lokal yang terus diwariskan.
Setiap tahun, masyarakat sekitar melakukan ritual tertentu untuk menghormati arwah leluhur yang diyakini tinggal di kawasan gunung.