Desa Pengotan: Perjalanan dari Kawasan Pengungsian Menuju Warisan Budaya yang Dilestarikan

Rabu 02-10-2024,09:54 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM - Desa Pengotan, yang terletak di Kecamatan Bangli, Bali, dikenal luas karena kekayaan sejarah dan budaya yang dimilikinya. 

Desa ini berada di bagian utara kecamatan dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Kintamani, yang terkenal dengan keindahan Gunung Batur. 

Walaupun berada di lokasi yang terpencil, Desa Pengotan tetap melestarikan warisan budayanya, salah satunya melalui tradisi pernikahan massal yang dikenal dengan sebutan "nganten bareng."

Sejarah desa ini banyak disampaikan melalui cerita lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi serta peninggalan budaya yang dapat ditemukan di sana.

BACA JUGA:Menjelajahi Pesona Suku Aneuk Jamee di Pesisir Barat Aceh: Apa yang Membuat Mereka Istimewa?

BACA JUGA:Pelestarian Budaya di Tengah Modernisasi, Memahami Kehidupan dan Tradisi Suku Abung

Berdasarkan kisah yang beredar, nenek moyang penduduk Desa Pengotan berasal dari Desa Pemuteran di Kabupaten Karangasem.

Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman setelah desa mereka diserang oleh pasukan Raja Panji Sakti dari Buleleng. 

Serangan tersebut, yang disertai dengan suara gong sakral yang disebut Gong Bebende, menciptakan kepanikan dan memaksa penduduk Pemuteran untuk mencari perlindungan di wilayah Bangli. 

Setelah menetap, para pengungsi mulai membangun kehidupan baru dengan mendirikan tempat-tempat suci seperti Pura Puseh dan Pura Dalem, serta sebuah pemakaman bernama Setra Pemuteran.

BACA JUGA:Menelusuri Jejak Suku Penghulu: Sejarah, Budaya, dan Identitas, Simak Penjelasannya!

BACA JUGA:Kehidupan Mistis Suku Lampung, Eksplorasi Dunia Gaib Suku Lampung

Seiring berjalannya waktu, populasi desa pun berkembang dan mereka mulai merasa aman di tempat baru tersebut. Namun, insiden terjadi ketika salah satu pengungsi mengambil kelapa milik Raja Bangli tanpa izin, yang memicu kemarahan raja. 

Akibatnya, mereka dipindahkan ke daerah hutan di utara Bangli. Meski demikian, mereka tetap membawa benda-benda sakral dari desa asal mereka, seperti Ida Bhatara Sakti Pingit dan genta.

Nama "Pengotan" diberikan oleh Raja Bangli setelah melihat tanaman lateng yang rusak akibat ulat, yang dalam bahasa Bali disebut 'oot.'

Kategori :