Menelisik Sejarah Jembatan Ampera, Warisan Presiden Soekarno di Palembang

Senin 30-09-2024,12:30 WIB
Reporter : Gelang
Editor : Almi

Jembatan ini didesain dengan teknologi yang memungkinkan bagian tengahnya untuk diangkat, sehingga kapal-kapal besar bisa melintas di bawahnya tanpa halangan.

BACA JUGA:Sejarah dan Makna Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah bagi Masyarakat Riau

Pada saat itu, Jembatan Ampera memiliki panjang 1.177 meter, dengan lebar 22 meter.

Ketika jembatan dibuka untuk umum, bagian tengah jembatan yang bisa diangkat ini menjadi salah satu daya tariknya.

Sistem pengangkatan tersebut dioperasikan oleh dua bandul seberat 500 ton yang berada di kedua sisi jembatan.

Bagian tengah jembatan bisa naik setinggi 10 meter dari posisi awal, dan proses pengangkatan ini hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.

BACA JUGA:Sejarah Patung Selamat Datang di Bundaran HI: Ikon Keramahan Ibu Kota

Namun, karena semakin banyaknya kendaraan yang melintas di atas jembatan dan kebutuhan akan efisiensi transportasi darat, pada tahun 1970 sistem pengangkatan jembatan ini dihentikan.

Bandul dan mesin pengangkatan pun dilepas untuk menghindari kerusakan lebih lanjut dan memastikan keamanan lalu lintas.

Perubahan Nama

Pada tahun 1966, setelah Presiden Soekarno tidak lagi menjabat sebagai presiden, nama Jembatan Bung Karno diubah menjadi Jembatan Ampera.

Nama "Ampera" merupakan singkatan dari "Amanat Penderitaan Rakyat," sebuah konsep yang menggambarkan semangat revolusi Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat.

BACA JUGA:Menggali Sejarah Monumen Jalesveva Jayamahe: Ikon Maritim Surabaya

Penggantian nama ini mencerminkan perubahan suasana politik di Indonesia pasca-Soekarno.

Meskipun demikian, masyarakat Palembang tetap menghargai peran besar Presiden Soekarno dalam merealisasikan pembangunan jembatan ini.

Jembatan Ampera menjadi salah satu peninggalan monumental dari era pemerintahan Soekarno yang terus memberikan manfaat hingga kini.

Kategori :