Selama lebih dari 90 tahun berdiri, Jam Gadang telah mengalami beberapa kali renovasi.
Renovasi pertama dilakukan setelah kemerdekaan Indonesia, ketika atapnya diubah menjadi bentuk rumah adat Minangkabau.
Renovasi lain dilakukan pada tahun 2010, setelah gempa bumi besar melanda Sumatera Barat pada tahun 2009 yang menyebabkan kerusakan pada struktur menara.
BACA JUGA:Pesona Sejarah Bali: Mengungkap Fakta Menarik tentang Pulau yang Memikat Dunia
Proses pemulihan ini dilakukan untuk menjaga kelestarian monumen serta memperbaiki bagian-bagian yang rusak tanpa mengubah desain aslinya.
7. Daya Tarik Wisata
Jam Gadang menjadi magnet bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Setiap harinya, banyak pengunjung datang untuk melihat keindahan bangunan ini dan menikmati pemandangan sekitar Bukittinggi dari kawasan Jam Gadang.
Selain itu, di sekitar Jam Gadang juga terdapat pasar tradisional yang menawarkan aneka barang, suvenir, dan kuliner khas Minangkabau.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah di Balik Sungai Ketahun, Bendungan, dan Danau di Rejang: Kisah yang Menakjubkan
Ini menjadikan Jam Gadang sebagai salah satu destinasi wisata utama di Sumatera Barat.
8. Perubahan Identitas dari Waktu ke Waktu
Sebagai monumen yang sudah berdiri selama hampir satu abad, Jam Gadang mencerminkan perubahan politik, sosial, dan budaya yang terjadi di Indonesia.
Dari simbol kekuasaan kolonial hingga ikon kedaulatan dan budaya lokal, Jam Gadang adalah bukti bahwa sejarah dapat tergambar dalam sebuah monumen, yang kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat.
Jam Gadang tetap menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat Bukittinggi dan Minangkabau, sekaligus objek wisata yang menarik bagi para pengunjung.
BACA JUGA: Menelusuri Sejarah Keindahan Sungai Ketahun dan Keajaiban Bendungan serta Danau di Rejang