Drama Korea One The Woman, Romansa Komedi Honey Lee yang Menggelitik

Senin 23-09-2024,09:47 WIB
Reporter : Mey
Editor : Almi

BACA JUGA:Sinopsis Drakor A Killer Paradox, Mahasiswa Jadi Pembunuh Berdarah Dingin

Film ini terinspirasi dari sebuah keinginan untuk menyampaikan pesan tentang persatuan dalam menghadapi situasi bangsa Indonesia.

Pemilihan tokoh Lafran Pane sebagai subjek film berdasarkan pada gagasan seorang senior KAHMI yang melihat relevansi gagasan keislaman dan keindonesiaan dari seorang Lafran.

Sehingga akan menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda saat ini. Lafran sejak kecil telah merasakan kehilangan dua perempuan terdekat dalam hidupnya.

Kematian ibunya ketika ia berusia 2 tahun, dan kemudian kematian neneknya, membuatnya tumbuh dalam kesedihan dan kurangnya pengasuhan dari sosok perempuan. 

BACA JUGA:Film Sehidup Semati, Teror Psikologis Pernikahan yang Penuh Luka

Ayahnya, Sutan Pangurabaan, seorang tokoh pergerakan di Sumatera Utara, sering bepergian, meninggalkan anak-anaknya. Kehilangan ini membentuk karakternya sebagai seorang pemberontak sejak usia dini. 

Dalam sinopsis filmnya, mengulas cerita Lafran yang kerap kali menghadapi ketidakadilan. Ia pindah-pindah sekolah dan bahkan menjadi petinju jalanan.

Dorongan dari kakak-kakaknya, Sanusi dan Armijn Pane, mengubah energi pemberontaknya menjadi semangat untuk menciptakan karya.

Perjalanan hidup Lafran dari Tapanuli Selatan ke Jakarta dan Yogyakarta membawa perubahan dalam cara pandangnya terhadap perjuangan.

Idealismenya semakin membesar, dan ia mulai mendasarkan hidupnya pada prinsip-prinsip yang kuat. 

Pada masa pendudukan Jepang, Lafran ditahan karena membela para peternak sapi. Namun kemudian dibebaskan setelah ayahnya menebusnya dengan menyerahkan bus Sibual-buali kepada tentara Jepang.

BACA JUGA:Sinopsis Untold Scandal, Film Sageuk yang Dibintangi Bae Yong Joon

Terlibat dalam Aksi Kemerdekaan

Sinopsis film Lafran berlanjut dengan penceritaan tentang antusiasme Lafran untuk terlibat dalam gerakan kemerdekaan.

Saat kuliah di Yogyakarta, ia merasa gelisah melihat kaum muslim terpelajar yang terlalu terpaku pada pemikiran sekuler, melupakan ibadah utama.

Kategori :