Tidak hanya Indonesia, negara-negara lain di kawasan ASEAN juga mengalami tantangan serupa di sektor manufaktur.
BACA JUGA:Da-Hong Pao, Teh Dari Dinasti Ming, Harganya Miliaran Rupiah
Negara-negara mitra dagang Indonesia seperti Amerika Serikat dan Jepang juga mencatatkan PMI yang mengalami kontraksi, dengan AS berada di level 48,0 dan Jepang di level 49,8.
Di kawasan Asia Tenggara, Malaysia mencatatkan PMI di level 49,7, sementara Australia berada di level 48,5. Semua data ini menunjukkan adanya tekanan yang cukup besar di sektor manufaktur global.
Meski demikian, Ibrahim optimis bahwa masih ada sektor-sektor yang menunjukkan pertumbuhan positif di tengah perlambatan tersebut.
Beberapa industri unggulan di Indonesia, seperti industri makanan dan minuman serta industri kimia farmasi, terus tumbuh dengan baik.
Pada triwulan II 2024, industri-industri ini mencatatkan pertumbuhan di atas 5% year-on-year, yang menunjukkan adanya daya tahan di sektor-sektor tertentu di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.
Nilai tukar rupiah yang berhasil menguat terhadap dolar AS pada perdagangan 5 September 2024 merupakan perkembangan positif bagi perekonomian Indonesia.
Penguatan ini tidak hanya mencerminkan kondisi global di mana dolar AS tertekan, tetapi juga menunjukkan adanya optimisme pasar terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia.
Data inflasi yang terkendali serta respons positif dari sektor industri tertentu menjadi sinyal bahwa perekonomian Indonesia memiliki daya tahan yang kuat.
BACA JUGA:Bea dan Cukai Gagalkan Peredaran Barang Ilegal Senilai Triliunan Rupiah, Ini Dia Barangnya!
Namun, tantangan tetap ada, terutama dari sisi eksternal, seperti tekanan global terhadap sektor manufaktur dan ketidakpastian kebijakan moneter di AS.
Keputusan yang akan diambil oleh The Fed dalam waktu dekat dapat memberikan dampak besar terhadap nilai tukar rupiah dan pasar keuangan global.
Di sisi domestik, pemerintah dan pelaku pasar perlu tetap waspada terhadap potensi risiko yang muncul dari kondisi cuaca dan ketidakpastian harga komoditas pangan.
Dengan langkah-langkah kebijakan yang tepat, baik dari sisi fiskal maupun moneter, diharapkan Indonesia dapat terus menjaga stabilitas ekonominya dan menghadapi tantangan global dengan lebih siap.