Nilai Tukar Rupiah Menguat di Tengah Pelemahan Dolar AS, Pasar Menanti Keputusan The Fed

Jumat 06-09-2024,07:28 WIB
Reporter : Bodok
Editor : Almi

BACA JUGA:Impor Beras Indonesia Menghadapi Tantangan di Tengah Melemahnya Rupiah, Begini Kata BOs Bulog!

Respons Positif Pasar Terhadap Data Inflasi Indonesia

Sementara itu, dari sisi domestik, Ibrahim menuturkan bahwa pasar merespons positif data inflasi Indonesia pada Agustus 2024. 

Berdasarkan laporan terbaru, inflasi tahunan (year-on-year) untuk bulan Agustus tercatat mencapai 2,12 persen. 

Angka ini relatif stabil, terutama karena penurunan harga pangan yang signifikan. Penurunan harga tersebut terjadi seiring dengan pasokan pangan yang melimpah, berkat masa panen yang baik dan turunnya biaya produksi, seperti pakan jagung.

Namun, Ibrahim juga mengingatkan bahwa meskipun inflasi secara umum terkendali, pemerintah Indonesia tetap harus mewaspadai potensi risiko yang mungkin muncul akibat musim kemarau yang berkepanjangan. 

BACA JUGA:Ini Dia Dampak Melemahnya Rupiah Terhadap Industri Alat Kesehatan di Indonesia!

Dampak dari musim kemarau ini dapat memengaruhi harga komoditas tertentu, seperti beras, yang merupakan salah satu komoditas pangan strategis bagi masyarakat Indonesia.

Inflasi yang diatur pemerintah, atau sering disebut sebagai inflasi harga yang diatur, juga mengalami kenaikan sebesar 1,68 persen year-on-year. 

Kenaikan ini terutama dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan rokok. 

Sementara itu, inflasi harga bergejolak, yang mencerminkan harga barang dan jasa yang sering berubah, melanjutkan tren penurunannya sebesar 3,04 persen year-on-year, yang juga didorong oleh stabilitas harga pangan.

BACA JUGA:PT Pegadaian Salurkan Bantuan Sapi Kurban Senilai 35 Juta Rupiah ke Ponpes Darul Ikhlas Kota Pagar Alam

Tantangan di Sektor Manufaktur Indonesia

Selain faktor inflasi, sektor manufaktur di Indonesia juga menghadapi tantangan pada bulan Agustus 2024. Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat berada di level 48,9. 

Angka ini menunjukkan adanya kontraksi di sektor manufaktur, yang disebabkan oleh tekanan permintaan global.

PMI di bawah 50 mencerminkan penurunan aktivitas manufaktur, dan angka tersebut menunjukkan bahwa sektor ini masih belum pulih sepenuhnya dari dampak kondisi ekonomi global.

Kategori :