PAGARALAMPOS.COM - Ethereum (ETH), yang selama ini dipandang sebagai "uang ultra-sound" karena mekanisme pasokan deflasionernya, kini menghadapi tantangan serius yang membuat beberapa analis mulai mempertanyakan validitas dari narasi ini.
Seiring dengan perkembangan terbaru, status Ethereum sebagai aset dengan pasokan yang terkendali dan menguntungkan mungkin berada di bawah ancaman, yang bisa berdampak luas bagi ekosistem kripto.
Penurunan Signifikan dalam Biaya Ethereum
Seorang analis kripto ternama, Thor Hartvigsen, baru-baru ini mengemukakan kekhawatirannya dalam sebuah postingan mendalam di platform media sosial X.
Dalam analisanya, ia menyoroti kondisi terkini dari generasi biaya dan dinamika pasokan Ethereum, yang menunjukkan tren mengkhawatirkan.
BACA JUGA:Antisipasi Tinggi terhadap ETF Ethereum di Pasar Kripto Amerika Serikat
Hartvigsen mencatat bahwa bulan Agustus 2024 berpotensi menjadi bulan dengan biaya terendah yang dihasilkan oleh mainnet Ethereum sejak awal 2020.
Penurunan tajam dalam generasi biaya ini, menurut Hartvigsen, dapat ditelusuri kembali ke pengenalan "blobs" pada Maret 2024.
Blobs adalah fitur yang memungkinkan solusi Layer-2 (L2) untuk melewati pembayaran biaya signifikan kepada Ethereum, yang pada akhirnya mengurangi pendapatan bagi para pemegang ETH.
Perkembangan ini berdampak besar pada cara biaya dihasilkan dan didistribusikan dalam ekosistem Ethereum.
Perpindahan Aktivitas ke Solusi Layer-2
Pergeseran aktivitas dari mainnet Ethereum ke solusi Layer-2 memiliki dampak yang signifikan terhadap ekosistem Ethereum secara keseluruhan.
Sebagian besar nilai kini ditangkap di lapisan eksekusi oleh L2, yang pada gilirannya menciptakan kondisi inflasi bersih bagi Ethereum.
Berdasarkan laporan dari Bitcoinist, Hartvigsen mengungkapkan bahwa tingkat inflasi tahunan Ethereum saat ini berada di sekitar 0,7 persen.